Sabtu, 11 November 2017

SERI BUMI DATAR? BAGIAN 38 : EQUATION OF TIME




Hai sahabat Fisika, mempelajari sains dan bentuk alam semesta memang mengasyikkan yaa..  Kali ini saya akan mengajak sahabat untuk mengenal Equation of Time atau yang biasa disingkat EOT.  Dalam Bahasa Indonesia EOT ini disebut ‘perata waktu’.  Mungkin ada beberapa sahabat yang baru mengenal istilah EOT, semoga dapat menambah pengetahuan.  Istilah EOT ini tidak asing bagi orang yang menekuni bidang astronomi, ilmu falak dan hisab waktu shalat.
Dalam Ensiklopedi Hisab Rukyat, Equation of Time adalah, perata waktu atau ta’dil al-Waqt / Ta’dil asy-Syam yaitu, selisih antara waktu kulminasi Matahari Hakiki dengan waktu Matahari rata-rata. Data ini biasanya dinyatakan dengan huruf ‘e’ kecil dan diperlukan dalam menghisab awal waktu shalat.[1]
Tidak jauh berbeda, dalam Kamus Ilmu Falak, Equation of Time atau Ta’diluz Auqat / Ta’diluz Zaman yaitu selisih waktu antara waktu matahari hakiki dengan waktu matahari rata-rata. Dalam astronomi biasa disebut dengan Equation of Time yang diartikan dengan ‘perata waktu’.[2]
Untuk memudahkan pemahaman tentang EOT, saya mencoba menjelaskan seperti berikut ini.  EOT adalah perbedaan waktu hakiki dengan waktu pertengahan.  Waktu hakiki adalah waktu sebenarnya sesuai dengan waktu yang ditunjukkan oleh jam kita.  Sedangkan waktu pertengahan adalah waktu khayal yang mengasumsikan  peredaran matahari selalu memerlukan waktu 24 jam sehingga waktu kulminasi matahari di suatu tempat dianggap tetap.  
Misalkan pada tanggal T kulminasi matahari di kota A terjadi tepat jam 12 siang.  Maka kulminasi hari-hari berikutnya tidaklah tepat jam 12 siang, tetapi  mengalami pergeseran.  Waktu pertengahan mengasumsikan bahwa kulminasi di kota A selalu jam 12 siang dan selisih dengan waktu kulminasi sebenarnya itulah yang disebut EOT.  Misalkan  pada tanggal D,  kulminasi di kota A berubah menjadi jam 11.54, berarti nilai EOT pada tanggal D adalah 6 menit.  Nilai EOT berlaku sama di seluruh tempat di permukaan bumi. 
Nilai EOT mengalami periodisasi dalam waktu satu tahun, artinya pada tanggal yang sama nilai EOT adalah sama.  Grafik nilai EOT dalam satu tahun adalah seperti berikut ini.

Penyebab EOT
EOT disebabkan oleh adanya perlambatan dan percepatan gerak semu harian  matahari yang menyebabkan waktu kulminasi suatu lokasi di bumi mengalami pergeseran.  Idealnya jika kecepatan gerak semu harian matahari adalah tetap  maka tidak akan terjadi hal demikian.
Ada dua penyebab terjadinya perlambatan dan percepatan gerak semu matahari. Sebab pertama adalah karena efek dari orbit bumi mengelilingi matahari berbentuk ellips. Kedua karena efek kemiringan sumbu rotasi bumi terhadap bidang revolusinya sebesar 23,5 derajat. 

Efek bentuk orbit bumi
Satu hari bagi manusia di bumi adalah waktu yang diperlukan suatu lokasi menghadap arah yang sama kembali terhadap matahari.   Lamanya satu hari bagi manusia di bumi adalah 24 jam.  Ini berbeda dengan konsep satu hari sidereal di mana bumi melakukan rotasi sebesar 360 derajat.  Waktu yang diperlukan bumi berotasi 360 derajat adalah 23 jam 56 menit 4,09054 detik. Perbedaan ini terjadi karena bumi juga melakukan revolusi terhadap matahari.
Perhatikan gambar berikut

 
Satu hari sidereal adalah ketika titik A kembali ke titik A’ akibat rotasi bumi 360 derajat.  Sedangkan satu hari bagi manusia di bumi adalah ketika titik A kembali ke titik A”.
Sekarang mari kita anggap di titik A dan garis bujur yang melalui titik A sedang tepat jam 12:00.  Saat itu berarti matahari sedang berkulminasi di titik A.  Setelah bumi melakukan rotasi dan revolusi selama 24 jam maka bumi akan berpindah dari titik B ke titik C. Karena revolusi dan rotasi, titik A menjadi titik A”. 
Jika kita asumsikan lintasan revolusi bumi berbentuk lingkaran sempurna dan sumbu rotasi bumi tidak miring maka setelah berotasi dan berevolusi selama 24 jam, titik A” akan selalu tepat menunjukkan pukul 12:00,  dan panjang lintasan B-C selalu sama dari hari ke hari. 
Namun pada kenyataannya bentuk lintasan revolusi bumi adalah ellips akibatnya kecepatan bumi mengelilingi matahari berubah-ubah sesuai dengan hukum keppler. Panjang lintasan B-C akan selalu berubah dari hari ke hari dan setelah bumi berotasi 24 jam titik A” tidak selalu menunjukkan pukul 12:00, terkadang kurang dan terkadang lebih. 
Orbit bumi yang berbentuk ellips menyebabkan perbedaan waktu kulminasi seperti yang ditunjukkan pada grafik berikut ini.

Efek kemiringan sumbu rotasi bumi
Di samping karena bentuk orbit bumi, perbedaan waktu kulminasi juga disebabkan oleh sumbu rotasi bumi yang miring 23,5 derajat terhadap bidang revolusinya.  Perbedaan waktu kulminasi yang disebabkan oleh kemiringan sumbu rotasi dalam 1 tahun mengikuti grafik di bawah ini.


Perpaduan kedua Efek
Bila kedua efek tersebut kita padukan maka akan kita dapatkan nilai Equation Of Time dalam 1 tahun seperti grafik berikut.
Bukti bumi bulat, berotasi dan berevolusi
Data observasi gerak semu harian matahari selama satu tahun sangat jelas sesuai dengan grafik tersebut.  Dan seperti sudah dijelaskan di atas nilai EOT ini digunakan dalam tabel hisab waktu shalat. Kesesuaian antara data observasi dengan perhitungan secara matematis pada model tata surya saat ini adalah bukti yang sangat akurat bahwa bentuk bumi adalah bulat, berotasi dan mengelilingi matahari.
Jadi bila ada sahabat yang masih ngotot bumi berbentuk datar, atau sahabat yang masih berfaham geosentris baik geosentris Ptelomian maupun geosentris Tychonian silakan buat model alam semesta atau tata surya seperti yang sahabat yakini.  Silakan jelaskan dengan penjelasan yang lebih baik penyebab adanya EOT tersebut.  Itulah cara yang lebih elegan untuk membantah model alam semesta yang saat ini diyakini secara umum daripada mengatakan “sejak kecil kita sudah diajari begini begitu, sehingga otak kita jadi begini dst”

Semoga Bermanfaat.

Referensi
[1] Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. Ke-II, Edisi Revisi, 2008, hlm, 62.
[2] Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak...., hlm. 79. 

Sabtu, 21 Oktober 2017

SERI BUMI DATAR? BAGIAN 37 : MENGENAL UMBRA PENUMBRA DAN SUDUT DATANG CAHAYA

Sahabat Fisika, mari kita belajar mengenal jenis bayangan umbra dan penumbra dan sekaligus kita belajar sudut maksimum antar berkas cahaya yang dihasilkan dari suatu sumber cahaya. Menurut saya ini sangat bagus dan dapat membantu pelajar-pelajar yang sedang mempelajari bagaimana gerhana matahari dan gerhana bulan terjadi. Ini juga bisa menjadi penjelasan tambahan yang mungkin belum dijelaskan dalam buku-buku pelajaran. 

Permasalahan yang terjadi selama ini adalah gerhana sulit digambarkan dengan skala yang benar. Hal ini disebabkan karena ukuran dan jarak matahari bumi dan bulan.  Jika digambarkan dengan skala yang benar akan dibutuhkan bidang yang luas, tidak mungkin digambarkan dalam selembar kertas. Jika kita misalkan bumi seukuran kelereng maka dibutuhkan bidang seluas lapangan bola. 

Namun itu semua bisa disiasati dengan cara menghitung sudut datang cahaya seperti yang akan saya jelaskan berikut.  Selamat mempelajari….

Sudut maksimum sebaran berkas cahaya

Sifat cahaya adalah menyebar ke segala arah dalam ruang. Sebuah benda yang berada di sekitar sumber cahaya akan mendapatkan cahaya sumber dari berbagai arah.


Perhatikan ilustrasi di atas. Sebuah objek akan mendapatkan cahaya sumber dari berbagai arah.

Sudut maksimum yang dibentuk oleh sebaran berkas cahaya bisa kita hitung dengan rumus tangen. Misalnya sumber cahaya berbentuk bola. Perhatikan ilustrasi di bawah ini. 


Sudut maksimum yang dibentuk oleh sesama berkas cahaya adalah arctan jarak tempuh cahaya dibagi diameter sumber.

Misalnya sebuah sumber cahaya berbentuk bola dengan diameter 10 cm berapakah sudut maksimum yang dibentuk antar berkas cahaya pada jarak 50 cm?

Jawab 

Ɵ = arctan (10/50) = 11,3°

Jadi sudut maksimum yang dibentuk oleh sesama berkas cahaya berdiameter 10 cm pada jarak 50 cm adalah 11,3°. Mohon diperhatikan ini adalah sudut maksimum, artinya sudut yang dibentuk oleh sekian banyaknya berkas cahaya yang berasal dari sumber adalah dari 0° sampai 11,3°. Semakin jauh jarak tempuh cahaya maka sudut maksimumnya akan berkurang. Dan pada jarak yang sangat-sangat jauh berkas cahaya bisa dianggap sejajar.

Bayangan

Sebuah objek yang berada di sekitar sumber cahaya akan memiliki dua jenis bayangan yang terbentuk di belakang benda. Dua bayangan itu adalah umbra dan penumbra. Perhatikan ilustrasi di bawah ini,



Bayangan umbra adalah bayangan gelap yang terjadi di belakang objek akibat sumber cahaya terhalang sama sekali. Sedangkan bayangan penumbra adalah bayangan yang tidak terlalu gelap karena walaupun tertutup objek pada satu sisi namun masih ada berkas cahaya sumber dari arah lain.

Sifat bayang umbra
  1. Jarak bayangan umbra untuk objek yang lebih besar atau sama dengan sumber cahaya adalah tak berhingga, artinya seluruh ruang di belakang objek sampai jarak berapapun akan terjadi bayangan umbra. 
  2. Namun untuk objek yang lebih kecil dari pada sumber cahaya, bayangan umbra hanya akan mencapai jarak tertentu. 
  3. Untuk objek yang lebih kecil dari sumber, semakin dekat ke sumber cahaya, jarak bayangan umbra akan memendek dan berlaku sebaliknya.
Rumus untuk menentukan jarak bayangan umbra adalah sebagai berikut. Perhatikan gambar di bawah ini,



Bisa kita gunakan rumus pendekatan sebagai berikut;

d / (x+ a) = b / x
xd = xb + ab
x(d-b) = ab

Jadi jarak bayangan umbra bisa dirumuskan seperti di bawah ini.

x = ab/(d-b)

d = Diameter sumber
b = Diameter objek
a = Jarak sumber ke objek (pusat ke pusat)
x = Jarak bayangan umbra

Misalnya sebuah sumber cahaya berbentuk bola dengan diameter 10 cm, pada jarak 50 cm ada kelereng dengan diameter 1 cm (diukur dari pusat ke pusat). Berapakah jarak bayangan umbra kelereng?

Jawab
d = 10 cm, b = 1 cm, a = 50 cm
x = ab/(d-b)
x = 50 x 1 / (10 – 1) cm
x = 5,6 cm

Jadi jarak bayangan umbra terjauh yang terjadi adalah 5,6 cm dari pusat kelereng.

Semua objek yang dapat kita lihat adalah akibat pantulan cahaya dari objek yang sampai ke mata kita. Jadi kita juga bisa menganggap objek-objek yang ada di sekitar kita sebagai sumber cahaya. Pada contoh kasus di atas bila kita mengganti sumber cahaya dengan bola berdiameter 10 cm maka kenampakan bola akibat tertutup kelereng juga mengikuti rumus di atas. Mata kita tidak akan melihat bola pada jarak kurang dari 5,6 cm dari kelereng akibat tertutup secara penuh oleh kelereng. Jika kita menjauh dan jaraknya lebih dari 5,6 cm maka kita akan melihat bola berbentuk cincin karena bagian tengahnya tertutup kelereng.

Di surat tanggapan terbuka untuk kepala LAPAN yang dibuat oleh penggagas bumi datar FE101 ada kebingungan bagaimana bola raksasa berdiamater 4 meter tertutup oleh kelereng 1 cm. Melalui penjelasan tersebut di atas semoga tidak ada lagi kebingungan dan berubah menjadi pemahaman. Amat lucu, memperdebatkan bentuk alam semesta sementara hal sepele semacam ini saja tidak mengerti. Kalah telak sama teman kecil saya si Kliwon. Silakan baca artikel di seri ke-25 buat sahabatku (kisah Kliwon). 

Ketidakfahaman penggemar bumi datar pada sains memang sudah amat parah. Hal ini sudah dinyatakan oleh Kepala LAPAN seperti yang saya kutip di media online berikut.

"Mereka tidak paham dan tidak mau tahu fisika sehingga fenomena yang sederhana pun tidak bisa dipahami," ujar Thomas kepada VIVA.co.id, Kamis, 19 Oktober 2017. 

Silakan lihat berita lengkapnya
http://www.viva.co.id/digital/968564-lapan-sudah-ogah-ladeni-pendukung-bumi-datar

Dan yang membuat kita merasa sedih adalah sikap para penggemar bumi datar yang tidak mau belajar bahkan malah terus membantah dengan ketidakfahamannya. Ditambah pula dengan banyaknya hal yang tidak terpuji yang dilakukan oleh penggemar bumi datar, baik di video maupun di forum mereka. Sudah banyak web atau blog yang mengupas kebohongan, kecurangan keculasan yang ada di video bumi datar. Sungguh amat disayangkan!!!

Sudut datang Matahari dan Gerhana

Satu lagi kebingungan yang melanda penggemar bumi datar, saya kutip dari forum bumi datar. Kepada yang merasa menulis, mohon maaf ini untuk pembelajaran agar kita menjadi faham.

=====Awal Kutipan======
1. Jika memang sinar matahari tegak lurus ke bumi dan bayangan terbentuk karena lengkung bumi... Bagaimana mungkin bayangan ini bisa dijadikan acuan untuk menunjukkan secara tepat lokasi tertentu berdasarkan arah bayangan...?? Misalnya, metode klasik penentuan arah kiblat
2. Jika sinar matahari dianggap sebagai gelombang bidang (planar)/tegak lurus datang ke bumi, bagaimana menjelaskan sinar yang terjadi pada gerhana matahari (model GE; silakan lihat gambar, arah sinar tidak tegak lurus ke bumi)....??



====Akhir Kutipan======

Sahabat mari kita bantu sahabat yang masih kebingungan memahami sudut datang cahaya matahari dan peristiwa terjadinya gerhana.

Pertama masalah bayangan yang bisa dijadikan acuan arah.

Walaupun sangat jauh, berkas cahaya matahari tidaklah benar-benar sejajar. Jika kita hitung dengan dengan rumus yang sudah diterangkan di atas, bisa kita peroleh bahwa sudut maksimum cahaya matahari yang sampai ke bumi adalah 0,53°. Angka ini diperoleh dari arctan diameter matahari dibagi jarak matahari ke bumi. Diameter matahari sekitar 1,39 juta km sementara jarak dari bumi 150 juta km.

Ɵ = arc tan (1,39/150) = 0,53°.

Sudut maksimum sebesar 0,53° ini sangatlah kecil. Untuk pemakaian praktis kita bisa menganggap seluruh berkas cahaya matahari yang sampai ke bumi adalah sejajar. Seperti ilustrasi berikut ini.


Dengan mengerti bahwa seluruh berkas cahaya matahari yang sampai ke bumi bisa dianggap sejajar maka kita dengan mudah bisa menentukan arah suatu lokasi di bumi dari melihat bayangan benda. Misalnya untuk menentukan arah kiblat bisa kita menentukan dengan cara menunggu saat matahari tepat berada di atas Ka’bah maka semua bayangan benda akan menjauhi Ka’bah. Silakan lihat ilustrasi di bawah ini.


Perhatikan saat matahari tepat berada di atas Ka’bah maka sudut datang matahari akan berbeda-beda di setiap tempat.

Kedua masalah gerhana

Jika memang cahaya matahari yang sampai ke bumi dianggap sejajar, mengapa cahaya matahari digambarkan menyudut saat terjadi gerhana, seperti bantahan penggemar bumi datar di atas?

Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa sebenarnya cahaya matahari yang sampai ke bumi memiliki sudut maksimum sebesar 0,53°. Jika kita menggambarkannya di kertas dengan skala yang benar maka butuh kertas yang luas atau panjang. Karena digambarkan di kertas yang sempit maka arah cahaya menjadi terlihat sangat menyudut. Sebenarnya memang menyudut tapi sudutnya hanya 0,53°.

Sekarang mari kita buktikan apakah ukuran dan jarak matahari, bumi dan bulan memungkinkan terjadinya gerhana?

Misalnya gerhana bulan terjadi ketika bulan memasuki bayangan umbra bumi.

Mari kita hitung berapa jarak bayangan umbra bumi

Diameter matahari, d = 1,39 juta km
Diameter bumi, b = 12.800 km
Jarak matahari bumi, a = 150 juta km
Jarak bayangan umbra bumi;

x = ab/(d-b)
x = 150 juta x 6400 / (1,39 juta – 12.800)
x = 1.394.133 km

Atau bisa juga dihitung menggunakan rumus sudut maksimum berkas cahaya matahari yang sampai ke bumi 0,53°.

x = b / tan (0,53°)
x = 12.800 / 0,00925
x = 1.383.783 km

Jadi bayangan umbra bumi berjarak sekitar 1.394.133 km. Perhatikan, ini lebih dari 100 kali diameter bumi alias panjang sekali bila dibandingkan dengan diameter bumi. Mengapa demikian? Karena cahaya matahari yang datang ke bumi hampir sejajar, sudut maksimum hanya 0.53 derajaat.

Dengan jarak bayangan umbra bumi sepanjang itu dan jarak bumi dengan bulan adalah sekitar 362.600 km sampai 405.400 km maka bisa dimungkinkan bulan masuk ke umbra bumi dan terjadilah gerhana bulan. Cahaya matahari yang menuju ke bulan akan terhalang oleh bumi. Silakan lihat ilustrasi berikut ini (skala tidak benar). Bayangkan matahari dijauhkan sehingga cahaya yang ke bumi hampir sejajar dan bayangan umbra bumi jadi memanjang.


Bagaimana dengan gerhana matahari?

Gerhana matahari terjadi ketika ada wilayah di bumi yang masuk ke bayangan umbra dan penumbra bulan. Wilayah yang masuk ke umbra bulan akan mengalami gerhana total sementara wilayah yang masuk ke penumbra bulan akan mengalami gerhana sebagian.  

Jarak bayangan umbra bulan bisa kita hitung dengan rumus di atas dan hasilnya jarak bayangan umbra bulan sekitar 375 ribu km. Karena jarak bumi bulan sekitar 362 ribu km sampai 405 ribu km berarti masih dimungkinkan terjadi gerhana matahari total dan sebagian. Ilustrasi gerhana matahari silakan lihat gambar pada kutipan dari penggemar bumi datar seperti di bawah ini. 


Perhatikan gambar di atas, ada wilayah di bumi yang masuk ke bayangan umbra dan bayangan penumbra bulan. Di wilayah tersebutlah akan terjadi gerhana matahari total dan sebagian.

Jika ada penggemar bumi datar yang masih meributkan siklus saros, mari saya beri pencerahan. Siklus Saros hanya bisa memprediksi tanggal terjadinya gerhana. Sementara astronom saat ini sudah bisa menentukan wilayah-wilayah mana saja yang mengalami gerhana, kapan waktu tepatnya dan berapa lama gerhana terjadi. Apakah hal tersebut ada dalam siklus Saros? Tentu saja tidak ada! Itu adalah hasil dari perhitungan astronomi saat ini yang berdasar pada bentuk bumi yang bulat, berotasi dan mengelilingi matahari. 

Kita lihat sendiri bukan beberapa hari atau minggu sebelum terjadi gerhana sudah ada berita akan terjadi gerhana, wilayah-wilayah mana saja yang mengalami gerhana total maupun sebagian, berapa lama waktu terjadinya dan sebagainya. Dan ternyata itu semua terbukti benar. Ini membuktikan bahwa bentuk bumi yang bulat, berotasi dan mengelilingi matahari terbukti benar dengan adanya fenomena gerhana yang dapat diperkirakan dengan tepat dalam model alam semesta seperti sekarang ini. 

Sekarang mari kita meminta kepada para penggemar bumi datar untuk memprediksi kapan terjadinya gerhana (silakan gunakan siklus Saros), wilayah mana saja yang mengalami gerhana total dan sebagian, berapa lama terjadinya gerhana. Tentunya harus dihitung berdasarkan bumi datar berkubah. Silakan tanyakan pada penggagas bumi datar yang paling ‘pinter’ sedunia itu. 

Semoga semakin menambah pemahaman.

Sabtu, 14 Oktober 2017

SERI BUMI DATAR? BAGIAN 36 : FASE BULAN BUKAN KARENA BAYANGAN BUMI



Sahabat Fisika, ternyata masih banyak di antara kita yang salah mengerti tentang penyebab terjadinya fase-fase bulan.  Banyak yang mengira fase-fase bulan terjadi karena bayangan bumi.  Padahal sebenarnya tidaklah demikian.  Bayangan bumi yang terlihat di bulan hanya terjadi saat peristiwa gerhana bulan.  Dengan terus belajar mari kita berusaha memahami sains dengan lebih baik.

Melalui blog FISIKA DI SEKITAR KITA  ini  saya akan mencoba  menjelaskan masalah penyebab terjadinya fase-fase bulan yang kita lihat setiap hari.  Khusus untuk pembahasan kali ini saya memohon kepada sahabat yang membaca artikel  ini untuk menshare kepada adik, kakak, atau sahabat yang lain atau kepada pelajar yang masih belajar atau kepada siapa saja  agar kita semua tidak lagi salah mengerti tentang terjadinya fase bulan. Mohon dibantu…

Sahabat mari kita mulai dengan peredaran bulan mengelilingi bumi.  Silakan dipelajari semoga semakin menambah pemahaman.

Bulan mengelilingi bumi membutuhkan waktu  27,3 hari  untuk satu kali putaran.  Ini disebut peredaran bulan sideris.  Namun untuk kembali satu garis dengan matahari dibutuhkan waktu 29,5 hari, karena bulan juga mengikuti bumi mengelilingi matahari.  Ini disebut peredaran bulan sinodis.  Perhitungan tanggal dalam kalender Hijriyah menggunakan peredaran 29,5 hari atau sinodis.

Perhatikan ilustrasi di bawah ini,


Gambar 1. Peredaran Sideris dan sinodis

Dari A ke A’ disebut peredaran bulan Sideris, membutuhkan waktu 27,3 hari.  Sedangkan dari A ke A” disebut peredaran bulan sinodis, membutuhkan waktu 29,5 hari.

Di samping mengelilingi bumi, bulan juga berotasi pada porosnya.  Lamanya rotasi bulan sama dengan peredaran bulan secara sideris sehingga menyebabkan sisi bulan yang menghadap ke bumi selalu sama.  Ini disebut juga dengan rotasi sinkron. Jadi manusia di bumi hanya bisa melihat satu sisi bulan dan tidak pernah melihat sisi yang lainnya.   Perhatikan ilustrasi di bawah ini yang menggambarkan hanya satu sisi bulan yang bisa dilihat dari bumi.


Gambar 2. Sisi bulan yang selalu menghadap ke bumi

Perhatikan ilustrasi di atas, daerah yang diarsir warna hijau adalah sisi bulan yang selalu menghadap ke bumi.

Setiap saat bulan juga mendapatkan sinar matahari.  Seperti bumi, bulan pun mengalami siang dan malam di seluruh permukaannya secara bergantian akibat rotasi.  Lamanya siang sekitar setengah bulan hijriyah dan malampun demikian.

Perhatikan ilustrasi di bawah ini yang menggambarkan separuh sisi bulan yang terkena cahaya matahari dari  arah kanan.  Daerah yang diarsir putih adalah daerah yang terkena cahaya matahari.  Mohon diperhatikan bahwa dalam kondisi biasa bulan, bumi dan matahari tidaklah sebidang, artinya walaupun dalam bidang 2 dimensi terlihat segaris, sebenarnya tidaklah demikian dalam 3 dimensi.  Jika dilihat dari sisi yang lain bisa jadi bulan atau bumi lebih tinggi posisinya.  Jika bulan, bumi dan matarahari benar-benar segaris dalam 3 dimensi maka terjadilah gerhana.


Gambar 3. Sisi bulan yang terkena sinar matahari

Bulan terlihat bercahaya karena ada pantulan dari cahaya matahari.   Penampakan bagian bulan yang bercahaya jika dilihat dari bumi saya simulasikan dengan memadukan sisi yang selalu menghadap ke bumi dengan sisi yang terkena sinar matahari.  Ilustrasi berikut ini menggambarkan perpaduan sisi yang selalu menghadap ke bumi dengan sisi yang terkena sinar matahari. 


Gambar 4. Sisi terkena matahari yang menghadap ke bumi

Perhatikan ilustrasi di atas, daerah irisan arsiran kita sebut sisi-terkena-matahari yang menghadap ke bumi.

Sekarang mari kita bayangkan bahwa semua ilustrasi itu berbentuk bola, maka kita akan mendapati penampakan bulan jika dilihat dari bumi., seperti ilustrasi di bawah ini.


Gambar 5. Penampakan bulan dari bumi


Berikut ini penjelasannya,

Bulan Mati
Sisi yang terkena cahaya matahari seluruhnya membelakangi bumi sehingga hanya sisi gelap yang menghadap ke bumi dan sama sekali tidak terlihat dari bumi.  Waktu terbit dan tenggelam hampir bersamaan dengan terbit tenggelamnya matahari.  Ketika posisinya bergeser, misalnya satu hari kemudian maka akan ada sedikit  sisi -terkena- matahari yang menghadap ke bumi.  Jika pengamat di bumi berhasil melihat pantulan cahaya dari sisi yang sedikit ini, maka  itulah yang disebut dengan Hilal. 

Seperempat awal
Di posisi ini ada seperempat sisi-terkena-matahari yang menghadap ke bumi.  Perhatikan gambar dua dimensi di atas. Perhatikan daerah  irisan arsiran.  Silakan bayangkan dalam tiga dimensi, bayangkan irisan arsiran berada di permukaan bola. Maka kita akan melihat bulan berbentuk sabit bila dilihat dari bumi.  Pada umumnya bulan akan terbit sekitar jam 9 pagi dan tenggelam jam 9 malam.  Silakan diamati sekitar tanggal 3-4 bulan Hijriyah.

Setengah awal
Posisi ini lebih mudah dibayangkan.  Bulan akan terlihat separuh, karena hanya separuh sisi-terkena-matahari yang menghadap ke bumi.  Secara umum bulan akan terbit sekitar jam 12 siang dan tenggelam jam 12 malam.  Saat maghrib, bulan sudah berada di atas kepala kita.  Silakan diamati ketika tanggal 7 atau 8 kelender Hijriyah.

Tigaperempat awal
Perhatikan kembali ilustrasi di atas.  Dengan cara yang sama silakan coba dibayangkan bentuk bulan jika dilihat dari bumi.  Bulan terbit sekitar jam 3 sore dan tenggelam jam 3 pagi.  Fase ini berlangsung sekitar tanggal 11-12 bulan Hijriyah

Purnama
Nah yang ini pasti mudah dibayangkan.  Seluruh sisi-terkena-matahari menghadap ke bumi sehingga pengamat di bumi akan melihat bulan berbentuk lingkaran penuh.  Waktu terbit bulan hampir berbarengan dengan waktu tenggelam matahari dan waktu tenggelamnya hampir sama dengan saat terbit matahari. Bulan purnama terjadi sekitar tanggal 15 bulan Hijriyah.

Untuk fase yang lain penjelasannya kira-kira sama misalnya saat tigaperempat akhir, setengah akhir dan seperempat akhir.  Perlu digarisbawahi bahwa waktu terbit dan tenggelam bulan yang sudah diterangkan di atas tidak mutlak seperti itu, banyak faktor yang mempengaruhi misalnya kemiringan bidang edar  bulan mengelilingi bumi, posisi pengamat dll.  Yang saya jelaskan hanya untuk mempermudah pemahaman saja.

Sekarang silakan sahabat perhatikan perbedaan fase-fase bulan biasa dengan fase-fase bulan saat terjadi gerhana bulan.  Saya ambilkan contoh gambar berikut ini,
Di bawah ini adalah ilustrasi  fase-fase bulan saat tidak terjadi gerhana


Gambar 6. Fase-fase bulan 

Di bawah ini adalah ilustrasi fase-fase bulan saat terjadi gerhana bulan.  Perhatikan bayangan hitam yang menutupi bulan terjadi karena cahaya matahari yang hendak menuju ke bulan terhalang oleh bumi.


Gambar 7.  Fase-fase bulan saat gerhana bulan

Jadi kesimpulan yang bisa kita ambil

  • Fase-fase bulan bukan terjadi karena bayangan bumi, tetapi karena sisi-terkena-matahari yang menghadap ke bumi terus bergeser.
  • Sisi bulan yang menghadap ke bumi selalu sama akibat rotasi sinkron bulan.  Jadi hanya sebelah sisi bulan yang dapat dilihat dari bumi.
  • Bayangan bumi di bulan hanya terlihat saat terjadi gerhana bulan.
  •  Bulan pun berotasi sehingga mengalami siang dan malam di seluruh permukaannya seperti di bumi.  Tidak ada sisi bulan yang selamanya mendapatkan atau tidak mendapatkan cahaya matahari, karena bulan juga berotasi.   


Nah sahabat semoga penjelasan di atas bermanfaat, dan dapat meluruskan pemahaman yang keliru tentang terjadinya fase-fase bulan.

Untuk ulasan selanjutnya saya akan membahas pemahaman para penggemar bumi datar terhadap fase-fase bulan.  Bagi sahabat yang tidak suka dengan diskusi bumi datar abaikan saja pembahasan berikut ini.

Bagi kita orang yang sadar dengan keterbatasan, ketika kita mendapati ada hal yang menurut kita bertentangan dalam sains maka langkah awal kita adalah mencari sumber dari berbagai literatur yang sekiranya dapat menjelaskan mengapa hal seperti itu bisa terjadi.  Atau bisa juga bertanya pada orang-orang yang lebih faham.  Terutama orang yang sudah bertahun-tahun menggeluti bidang tersebut. 

Sikap tawadlu kita akan menuntun akal kita bahwa seandainya memang ada kesalahan, maka bukan kitalah orang yang pertama menemukannya, kecuali jika kita merasa paling pinter di atas dunia ini, sehingga kesalahan tersebut tidak ditemukan oleh orang lain.

Namun sayangnya sikap seperti ini sulit ditemukan pada penggemar bumi datar.  Mungkin akibat teori konspirasi yang menyebabkan pikiran mereka selalu paranoid pada sains.  Biasanya mereka memahami sains secara keliru, dan menuduh bahwa itu semua adalah apa yang diajarkan dalam sains, lalu mereka menuduh bahwa sains adalah kebohongan.

Saya mengutip tulisan dari penggemar bumi datar dari sebuah blog.  Mohon maaf kepada sahabat penulis.  Ini adalah sebagai pembelajaran untuk menunjukkan di mana letak kekeliruan sahabat penulis blog. Dan sebagai pembelajaran kita bersama agar lebih bersikap tawadlu dan berfikir ulang sebelum kita menuduh sains mengajarkan begini atau begitu lalu mengatakan ada kesalahan dalam sains. 


===Awal kutipan===

Halo Para Flat Earth
Selama ini kita sering di ajarkan di sekolah sekolah bahwa fase bulan terjadi karena adanya bayangan bumi. Apakah benar?
Dari ilmu yang kita pelajari di sekolah tersebut dapat kita simpulkan sbb:
1. Cahaya bulan berasal dari pantulan cahaya matahari.
2. Satu sisi di bulan terus menerus terkena sinar matahari. Jadi ada sisi yang di sebut dark side yang ada di bulan. Bagian bulan yang belum pernah kita lihat dan tidak pernah terkena sinar matahari.
3. Siklus fase bulan karena bayangan bumi

Mari kita bahas : Sekarang mari kita lihat fase bulan sbb:
                                   
GAMBAR FASE BULAN (tidak bisa terlihat di blog)

Bisa anda lihat di atas adalah fase bulan. mulai dari bulan baru sampai dengan fase akhir bulan.
Apakah anda yakin penampakan bulan tersebut adalah dikarenakan bayangan bumi?

Menurut asumsi sains modern yang sekarang, pada saat fase new moon atau bulan baru, itu berarti seluruh bayangan bumi menutupi bulan.

kemudian lanjut bayangan bumi meninggalkan bulan. maka terjadi fase young atau bulan muda. Kemudian lanjut bayangan bumi meninggalkan lagi menjadi fase waxing crescent dan waxing quarter. Sekareng kita perhatikan pada fase bulan waning gibbous atau fase bulan waxing gibbous.
Coba anda perhatikan pada fase tersebut. Ada fase bulan yang bagian cahayanya berbentuk cembung? 

Jika asumsinya bumi berbentuk bola tidak akan mungkin terjadi fase bulan bentuknya seperti itu. Karena kalau buminya bola maka proyeksi bayangan bumi di bulan akan cekung semua. dan juga pati juga tidak ada fase warning quarter. 

Silahkan anda simulasikan sendiri. buat 2 lingkaran anggap linkaran 1 sebagai bulan. dan lingkaran ke 2 sebagai bayangan bumi. Geser pelan pelan dari kiri ke kanan lingkaran 2 sehingga menutupi lingkaran 1. perhatikan baik2 apakah anda menemukan bentuk yang seperti waning gibbous ?

Tentu anda tidak akan pernah menemukannya. Jika kita berasumsi bahwa fase bulan adalah karena tertutup bayangan bumi. Maka ada sisi bulan yang selalu disinari matahari, dan ada sisi yang disebut-sebut dengan dark side moon. 

Bayangkan 1 sisi bulan disinari terus cahaya matahari? Berapa panasnya bulan? harusnya malah bulan tersebut sudah terbakar karena 1 sisi terus terkena sinar matahari selama jutaan tahun.

Jadi yang menyebabkan bayangan bulan sebenarnya bukan itu. tapi itu dikarenakan bulan bentuknya bulat. dan terkena sinar matahari dari semua sisinya seperti terjadinya saing dan malam di bumi fersi globe earth. hanya saja siang dan malamnya tidak 24 jam tapi 15 hari. 

Dan saya tidak percaya bulan berotasi. karena hanya 1 sisi bulan yang bisa kita lihat. dan itu semakin membuktikan bahwa yang berputar adalah matahari. bukan buminya.

===Akhir kutipan===

Ulasan dari saya

Dari awal saja penulis blog sudah menuduh  sekolah atau sains mengajarkan bahwa fase bulan terjadi karena bayangan bumi.  Kita tidak mengerti mengapa penulis blog bisa mengatakan bahwa sekolah mengajarkan  fase bulan terjadi karena bayangan bumi, tanpa terlebih dulu melakukan kroscek.  Apakah sewaktu di kelas tidak memperhatikan Guru menerangkan atau bagaimana.  Di buku pelajaran mana yang mengajarkan seperti itu?  Saya yakin itu adalah kesimpulan  yang diambil penulis blog sendiri yang tidak mau melakukan tabayun dan bertanya apa benar sains mengajarkan seperti itu?

Selanjutnya penulis blog  juga menuduh sains mengajarkan bahwa hanya satu sisi bulan yang selalu mendapatkan sinar matahari.  Akibatnya penulis merasa aneh sendiri mengapa sisi yang selalu mendapatkan sinar matahari  jutaan  tahun itu tidak terbakar.  Ada kemungkinan sebenarnya Guru mengajarkan bahwa hanya satu sisi bulan yang selalu menghadap ke bumi, namun saat belajar di kelas, penulis blog  tidak konsentrasi jadi mengartikan hanya satu sisi bulan yang menghadap matahari.   Atau penulis blog  mengambil kesimpulan sendiri bahwa sisi yang selalu menghadap ke bumi berarti sama dengan sisi yang selalu terkena sinar matahari.

Menurut penulis blog, sains mengajarkan bulan berotasi, dan ini memang benar.  Namun di sisi lain penulis blog menuduh sains mengajarkan hanya satu sisi bulan yang selalu terkena matahari.  Ini adalah hal yang kontradiktif karena rotasi bulan  justru akan menyebabkan seluruh sisi bulan akan mendapatkan sinar matahari secara bergantian.  Jadi sebodoh itukah sains sampai harus mengajarkan hal yang kontradiktif?

Di akhir tulisan penulis blog meragukan jika bulan berotasi. Amazing!!!  Jutaan astronom yang bertahun-tahun bergelut di bidangnya tidak dipercayai, tetapi teori konspirasi yang hanya asumsi dan cocoklogi dipakai.  Padahal justru jika bulan tidak berotasi hanya ada satu sisi bulan yang selalu terkena sinar matahari, kecuali matahari mengitari bulan.  Dan seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa rotasi sinkron bulan yang menyebabkan hanya satu sisi bulan yang selalu menghadap ke bumi.

Selanjutnya saya mengutip komentar dari seorang sahabat yang masuk ke blog FISIKA DI SEKITAR KITA.  Ini menjadi bahan yang bagus untuk kita terus belajar memahami sebenarnya apa yang ada di pikiran para penggemar bumi datar.

===Awal kutipan===
Msh percaya nasa?
Udh bnyak tuh video / foto nasa ke bulan terbukti rekayasa.
Asumsi dasarnya aja udah salah. Teori bumi bola muncul kurang lbh 500thn yg lalu yg berawal dari asumsi bulan tdk bercahaya tp pantulan cahaya matahari dan bayangan di bulan adalah byangan bumi yg berbentuk bola. Coba perhatikan lg apa bulan tdk mmiliki cahaya?? Apa byangan di bulan itu byangan bumi? Coba perhatikan lg.
===Akhir kutipan===

Ulasan dari saya

Rata-rata penggemar bumi datar pikirannya sudah dipenuhi oleh teori konspirasi.  Masalah pendaratan di bulan yang dibilang hoaks itu ternyata sumbernya dari teori konspirasi.  Silakan baca artikelnya di Wikipedia, di sana dibahas penjelasan lengkapnya untuk menjawab apa yang dituduhkan oleh teori konspirasi.

Pemahaman sahabat komentator, terhadap sejarah manusia dalam memahami alam semesta ini sangat minim. Akhirnya keliru dan menganggap bumi bulat baru muncul 500  tahunyang lalu.  Mungkin kurang banyak membaca jadinya seperti itu.

Sahabat ini juga menganggap bahwa fase bulan terjadi karena bayangan bumi dan mengira sains mengajarkan demikian.  Mungkin sewaktu di kelas tidak memperhatikan guru menerangkan. Atau malas membaca buku-buku tentang astronomi yang sebenarnya banyak dan kadang disajikan dalam ilustrasi yang menarik.

Sahabat,
Memahami bentuk alam semesta dari melihat gejala-gejala alam sebenarnya sangat mengasyikan.    Beberapa hal  terkadang sepertinya  ada pertentangan antara hasil pengamatan dengan bentuk alam semesta. Namun  setelah kita dalami dan pelajari lebih lanjut ternyata tidaklah demikian.  Ternyata kitalah yang belum faham atau keliru memahami.

Bagi orang-orang yang berniat belajar dan mencari kebenaran, bila menemukan hal-hal yang sepertinya bertentangan biasanya akan bertanya dan mencari narasumber yang dapat menerangkan mengapa bisa seperti itu.  Sikap dasarnya adalah tawadlu dengan berfikir, “jika hal ini salah tentu bukan saya yang menemukannya, akan banyak orang cerdas yang menemukannya terlebih dulu”. Namun sikap ini sulit ditemukan pada penggemar bumi datar.

Bagi penggemar bumi datar asal ada hal yang menurutnya bertentangan langsung saja membantah.  Kasus bulan inilah contoh nyatanya.  Gagal memahami sains, menuduh sains mengajarkan begini atau begitu lalu sesumbar bahwa sains salah.  Itu semua karena sikap kurang tawadlu, merasa diri paling pinter sedunia (bener sedunia loh, karena ini melibatkan seluruh orang cerdas di dunia)  tidak pernah mau merenung  “seandanya ada yang salah tentu bukan saya yang  menemukannya”

Kasus-kasus serupa misalnya kasus pasang surut  air laut.  Silakan lihat di seri ke-18 Pasang Surut Air Laut.  Penggemar bumi datar begitu bangganya menunjukkan ada yang salah dengan jarak dan massa bumi, bulan dan matahari.  Inilah tabiat penggemar bumi datar, tidak mau bertanya dan belajar, lebih suka membantah.  Ternyata itu semua akibat gagal faham, salah memahami sains lalu nyolot bahwa sains salah.  Dan satu kasus lagi yaitu analogi gravitasi, silakan lihat seri ke-34 Analogi Gravitasi Yang Keliru, mereka membuat analogi sendiri, analoginya dibantai lalu sesumbar bahwa sains salah.  Padahal itu semua akibat gagal faham. 

Akhirnya saya mengajak sahabat untuk lebih tekun lagi mempelajari sains.  Jangan terburu-buru mengatakan sains salah.  Cek dulu apakah kita sudah benar memahaminya? Benarkah sains mengajarkan seperti itu?  Bertanyalah pada orang yang lebih mengerti yang memang memiliki kompetensi di bidangnya.  Perbanyaklah membaca buku-buku pengetahuan, bukan buku teori konspirasi.

Saya yakin sahabat yang masih mempercayai bumi berbentuk datar akibat belum bisa memahami bentuk bumi yang bulat.  Jika kita sudah belajar dengan baik maka kita akan tahu bahwa hal yang belum kita mengerti ternyata ada penjelasan ilmiahnya.

Beda halnya dengan teori bumi datar, akan ada banyak sekali hal yang tidak dapat dijelaskan baik secara ilmiah atau logika.  Misalnya saat seorang pengamat melihat matahari separuh tenggelam di laut, di manakah posisi pengamat dan matahari pada bumi datar?  Hal ini jelas tidak mungkin terjadi pada model bumi datar, karena matahari tidak akan bisa serendah itu pada model bumi datar, ketika jam 6 sore ketinggian matahari adalah 20 derajat. Silakan digambar secara geometri. Silakan lihat artikel di seri ke-9 Ketinggian Matahari Pada Bumi Datar.

Dari hal sederhana ini saja sudah jelas, jika pikiran kita tidak dipenuhi oleh teori konspirasi maka pasti kita akan mengatakan bahwa bumi tidak mungkin berbentuk datar.  Karena memang dalam sejarahnya tidak ada orang cerdas yang mengatakan bumi berbentuk datar.  Jika  zaman dulu bumi datar hanya ada di dalam mitologi kalau sekarang ada di dalam teori konspirasi.  Ya sekedar dongeng untuk hiburan okelah.

Semoga bermanfaat...

SERI BUMI DATAR?

Bukti Empiris Revolusi Bumi + Pengantar
Bukti Empiris Rotasi Bumi + Pengantar
Bukti Empiris Gravitasi + Pengantar

Seri 43 : Bantahan Cerdas Penganut FE3

Seri 42 : Bantahan Cerdas Penganut FE 2
Seri 41 : Melihat Satelit ISS sedang mengorbit Bumi
Seri 40 : Bantahan Cerdas Penganut FE

Seri 39 : Arah Kiblat Membuktikan Bumi Bulat

Seri 38 : Equation Of Time

Seri 37 : Mengenal Umbra Penumbra dan Sudut Datang Cahaya

Seri 36 : Fase Bulan Bukan Karena Bayangan Bumi
Seri 35 : Percobaan Paling Keliru FE
Seri 34 : Analogi Gravitasi Yang Keliru
Seri 33 : Belajar Dari Gangguan Satelit
Seri 32 : Mengapa Horizon Terlihat Lurus?
Seri 31 : Cara Menghitung Jarak Horizon
Seri 30 : Mengapa Rotasi Bumi Tidak Kita Rasakan
Seri 29 : Observasi Untuk Memahami Bentuk Bumi
Seri 28 : Permukaan Air Melengkung
Seri 27 : Aliran Sungai Amazon
Seri 26 : Komentar dari Sahabat
Seri 25 : Buat Sahabatku (Kisah Kliwon menanggapi surat FE101 untuk Prof. dari LAPAN)
Seri 24 : Bukti Empiris Gravitasi
Seri 23 : Bukti Empiris Revolusi Bumi
Seri 22 : Bukti Empiris Rotasi Bumi
Seri 21 : Sejarah Singkat Manusia Memahami Alam Semesta

Seri 20 : Waktu Shalat 212
Seri 19 : Kecepatan Terminal
Seri 18 : Pasang Surut Air Laut
Seri 17 : Bisakah kita mengukur suhu sinar bulan?
Seri 16 : Refraksi
Seri 15 : Ayo Kita Belajar Lagi
Seri 14 : Perspektif
Seri 13 : Meluruskan Kekeliruan Pemahaman Gravitasi
Seri 12 : Teknik Merasakan Lengkungan Bumi
Seri 11 : Gaya Archimedes terjadi karena gravitasi
Seri 10 : Azimuthal Equidistant
Seri 9 : Ketinggian Matahari pada bumi datar
Seri 8 : Bintang Kutub membuktikan bumi bulat
Seri 7 : Satelit Membuktikan Bumi berotasi
Seri 6 : Rasi Bintang membuktikan bumi berputar dan berkeliling
Seri 5 : Gravitasi membuktikan bumi bulat
Seri 4 : Besi tenggelam dan Gabus terapung
Seri 3 : Gaya gravitasi sementara dirumahkan
Seri 2 : Bola Golf jadi Penantang
Seri 1 : Satelit yang diingkari