Selasa, 10 Juni 2025

Memahami Penetapan Awal Waktu Shalat Ashar

Saat anda mendengar adzan dzuhur dan bergegas ke masjid untuk melaksanakan shalat, cobalah anda ukur dan perkirakan berapa panjang bayangan tubuh anda.  Lalu saat adzan ashar berkumandang cobalah ukur kembali panjang bayangan anda.

Jika kita melakukan hal tersebut di sekitar bulan Juni, khususnya bagi kita yang tinggal di pulau Jawa, kita akan mendapati panjang bayangan  saat adzan dzuhur berkumandang adalah sekitar separuh dari tinggi badan kita. Contohnya jika tinggi badan kita adalah 170 cm, maka panjang bayangan badan kita adalah sekitar 85 cm. Sementara saat adzan ashar berkumandang,  panjang bayangan  adalah sekitar satu setengah kali tinggi badan kita. Badan kita yang tingginya 170 cm akan memiliki panjang bayangan 170 cm + 85 cm = 255 cm.

Selanjutnya kita mencoba mencari penjelasan dari berbagai sumber tentang penetapan awal waktu shalat ashar melalui mesin pencari google

Yang pertama dari Detik 

Waktu sholat Ashar dimulai tepat ketika waktu Dzuhur sudah habis yaitu semenjak panjang bayangan suatu benda menjadi sama panjangnya dengan panjang benda itu sendiri.

Sumber : 

https://news.detik.com/berita/d-5234714/batas-waktu-sholat-ashar-awal-dan-akhir-serta-dalilnya.


Selanjutnya  dari Rumah Fiqih 

Waktu shalat Ashar dimulai tepat ketika waktu shalat Zhuhur sudah habis, yaitu semenjak panjang bayangan suatu benda menjadi sama panjangnya dengan panjang benda itu sendiri. 

Sumber :

https://www.rumahfiqih.com/konsultasi/1165


dari Kumparan

batas awal masuk waktu sholat Ashar ialah menjelang sore hari, saat bayang-bayang suatu benda sedikit melebihi ketinggiannya.

Sumber : 

https://kumparan.com/berita-hari-ini/batas-waktu-sholat-ashar-awal-dan-akhir-bagi-umat-muslim-1wRZOpRPxYD/3

Sebagian besar penjelasan yang kita dapati dari berbagai kalangan baik kalangan umum maupun agama melalui pencarian google menyatakan bahwa awal waktu ashar adalah ketika panjang bayangan benda sama dengan tinggi benda itu sendiri. 


Dan dari hadist Nabi pun  menyatakan demikian

Jibril mengimami aku di dekat Ka'bah sebanyak dua kali. Beliau shalat Zuhur bersamaku pada saat matahari condong dari tengah langit seukuran tali sandal. Kemudian Ia shalat Ashar bersamaku ketika bayangan setiap benda telah sama dengan panjangnya. Selanjutnya, beliau shalat Maghrib bersamaku saat orang yang berpuasa berbuka. Lalu, beliau shalat Isya bersamaku ketika cahaya senja telah hilang. Dan beliau shalat Subuh bersamaku ketika makanan dan minuman diharamkan bagi orang yang berpuasa. Pada hari berikutnya, beliau shalat Zuhur bersamaku ketika bayangan setiap benda telah sama dengan panjangnya. Kemudian, beliau salat Asar bersamaku ketika bayangan setiap benda dua kali lipat panjangnya. Selanjutnya, beliau shalat Maghrib bersamaku pada waktu orang yang berpuasa berbuka. Lalu, beliau shalat Isya bersamaku setelah sepertiga malam berlalu. Dan beliau shalat Subuh bersamaku ketika waktu telah terang. Kemudian beliau menoleh kepadaku dan berkata: 'Wahai Muhammad, waktu (salat) berada di antara dua waktu ini. Inilah waktumu dan waktu para nabi sebelum engkau. (HR. Ibnu Huzaimah)


Artinya yang kita tangkap secara sepintas dari penjelasan-penjelasan di atas adalah seperti gambar di bawah ini.


Gambar 1 Tinggi benda dan bayangannya



Sekarang coba kita bandingkan dengan observasi sederhana di awal tulisan ini. Ya... ternyata kontradiktif bukan? Bukankah menurut penjelasan di atas panjang bayangan saat awal ashar seharusnya adalah 170 cm? Lah ini malah satu setengah kalinya alias 255 cm. Penulis yang sejak awal menyakini bahwa awal waktu shalat ashar  adalah sesuai dengan perhitungan astronomi pun dibuat terheran-heran setelah mendapati penjelasan dari berbagai sumber di atas. Ada kekeliruan di manakah?

Lalu penulis melanjutkan pencarian di google dan alhamdulillah mendapat pencerahan.

Wikipedia
The period of Asr begins approximately when the sun is halfway down from noon to sunset
artinya : Waktu Ashar dimulai kira-kira saat matahari berada di pertengahan antara tengah hari hingga terbenamnya matahari 

Sumber : 

Berdasarkan penjelasan tersebut yang penulis fahami adalah awal waktu ashar adalah ketika matahari berada di pertengahan antara waktu dzuhur dan maghrib, atau dengan kata lain panjang bayangan yang terbentuk dari posisi matahari waktu dzuhur sampai matahari berada di tengah-tengah antara dzuhur-maghrib tanpa memperdulikan panjang bayangan yang terbentuk pada waktu dzuhur. Dengan demikian panjang bayangan yang sebenarnya harus ditambah panjang bayangan yang terjadi saat tengah hari (Dzuhur) 

Lebih lanjut penulis pun menemukan artikel dari NU online yang menguatkan

Adapun awal waktu salat Ashar masuk yaitu ketika bayangan suatu benda lebih sedikit dari ukurannya benda itu sendiri. Yaitu selain bayangan yang ada saat matahari tepat di tengah (bayangan saat zawal). 

Sumber: 

Kunci dari penjelasan di atas adalah kalimat 
"Yaitu selain bayangan yang ada saat matahari tepat di tengah (bayangan saat zawal).
Maksudnya panjang bayangan sama dengan tinggi benda itu belum termasuk bayangan saat zawal, jadi panjang bayangan sebenarnya harus ditambah panjang bayangan saat zawal.


Penjelasan dari PC NU Sumenep pun semakin memperkuat

Waktu Dzuhur dimulai saat matahari tergelincir (zawal), yaitu sesaat setelah seluruh piringan matahari melewati titik meridian pengamat dan berakhir ketika waktu shalat ashar tiba, waktu Ashar dimulai saat panjang bayangan waktu dzuhur (zawal) ditambah tinggi benda dan berakhir setelah piringan matahari terbenam di ufuk mar i,

sumber :


Dan akhirnya penulis mendapat jurnal ilmiah berjudul WAKTU SHALAT DALAM PERSPEKTIF ASTRONOMI; SEBUAH INTEGRASI ANTARA SAINS DAN AGAMA yang ditulis oleh seorang mahasiswa IAIN Mataram 

Waktu ashar selama matahari belum menguning, dimulai apabila panjang bayang-bayang sebuah benda sama panjangnya. Dalam astronomi awal waktu shalat ashar dinyatakan sebagai keadaan tinggi matahari sama dengan jarak zenith titik pusat matahari pada waktu berkulminasi ditambah bilangan satu. Berdasarkan hadits di atas bahwa awal waktu shalat ashar adalah apabila bayangan suatu benda sama panjang dengan bendanya, maka hal ini secara hisab astronomi dapat dicapai dengan cara: menentukan tinggi matahari pada waktu ashar (h) dan menentukan sudut waktu matahari (t).

Sumber : 

Kunci dari jurnal ilmiah di atas adalah 
"awal waktu shalat ashar dinyatakan sebagai keadaan tinggi matahari sama dengan jarak zenith titik pusat matahari pada waktu berkulminasi ditambah bilangan satu."  

Penjelasan penulis sebagai berikut
Zenith adalah titik khayal di langit yang tepat berada di atas ubun-ubun kita. Saat waktu dzuhur (saat kulminasi), matahari tidaklah selalu tepat berada di zenith kita artinya ada jarak antara zenith kita dengan matahari saat kulminasi.  Jarak zenith ini akan menimbulkan bayangan tubuh kita. Sementara bilangan satu yang dimaksud adalah tangen 45 yang artinya panjang bayangan sama dengan tinggi benda.  Jadi awal waktu ashar menurut jurnal ilmiah itu adalah saat bayangan benda sama dengan panjang bayangan yang terjadi karena jarak zenith dengan matahari saat kulminasi ditambah tinggi benda.  


Mari kita perjelas dengan gambar berikut


Gambar 2 Benda dan Bayangannya 


Keterangan

A = Tinggi benda

B = Panjang bayangan waktu dzuhur (Terjadi karena jarak zenith dengan titik pusat matahari saat kulminasi)

C = Pertambahan panjang bayangan yang sama dengan tinggi benda

B + C adalah panjang bayangan penanda awal waktu ashar

D = Panjang bayangan sama dengan tinggi benda (Bukan awal waktu shalat ashar jika B tidak sama dengan nol)


"Saat adzan dzuhur berkumandang perhatikan bayangan tubuh anda, anggap tinggi badan anda 170 cm. Adzan ashar akan berkumandang ketika bayangan anda bertambah sebesar 170 cm, bukan menjadi 170 cm, silakan dibuktikan."

Sampai di sini mudah-mudahan cukup jelas pemaparan dari penulis.


Untuk membuktikan apa yang penulis sampaikan di sini, penulis telah melakukan observasi sederhana (bukan observasi ilmiah yang mengunakan kaidah-kaidah ilmiah)  pada tanggal 8 Juni 2025 di kota Depok, alhamdulillah saat itu langit sedang cerah jadi bayangan benda bisa diukur.  

Penulis meletakkan sebuah tripod di tempat yang terkena sinar matahari setinggi satu meter (100 cm) dan mengukur bayangannya pada waktu-waktu tertentu serta membandingkannya dengan hasil perhitungan secara astronomi.

1.  Saat adzan dzuhur berkumandang (Jam 11.56 WIB)

Gambar 3 Bayangan saat Adzan Dhuhur

Panjang bayangan pada saat adzan dzuhur berkumandang adalah 53 cm. Dibandingkan dengan menggunakan rumus astronomi, panjang bayangan tripod adalah 55 cm, beda 2 cm.


2. Saat jam 14.04 WIB

Gambar 4 Bayangan jam 14.04 WIB

Panjang bayangan pada pukul 14.04 WIB adalah 91 cm. Perhatikan panjang bayangan sudah hampir sama dengan tinggi tripod. Dengan menggunakan rumus astronomi diperoleh panjang bayangan saat itu adalah 95 cm, beda 4 cm.  

3. Saat jam 14.23 WIB
Gambar 5 Bayangan jam 14.23 WIB

Panjang bayangan pada pukul 14.23 WIB adalah 107 cm. Pada jam tersebut panjang bayangan sudah melebihi tinggi tripod. Rumus astronomi menghasilkan panjang bayangan yang sama yaitu 107 cm. 

4. Saat adzan ashar berkumandang (jam 15.16 WIB)

Gambar 5 Bayangan Ashar jam 15.16 WIB

Panjang bayangan saat adzan ashar berkumandang adalah 159 cm atau sudah satu setengah kali tinggi tripod. Menggunakan rumus astronomi hasil yang didapat adalah 158 cm. Jika dikurangi panjang bayangan saat dzuhur akan menghasilkan 106 cm, atau kira-kira sama dengan tinggi tripod.  .

Penulis menggunakan web di bawah ini untuk menghitung panjang bayangan secara ilmu astronomi.


Dari observasi sederhana di atas bisa kita perkirakan bahwa kondisi 'panjang bayangan benda sama dengan tinggi benda' terjadi sekitar jam 14.12 dan tentunya ini bukan penanda waktu ashar, karena di Depok tidak ada orang yang adzan ashar dan shalat ashar jam 14.12.

Saat adzan ashar berkumandang, panjang bayangan  hampir sama dengan tinggi benda ditambah panjang bayangan saat dzuhur. Dan ini membuktikan bahwa awal waktu shalat ashar adalah ketika bayangan benda sama dengan tinggi benda ditambah panjang bayangan saat dzuhur.


Penulis juga pernah menulis artikel tentang cara menghitung waktu shalat secara astronomi bisa dilihat di alamat berikut ini.


Parameter yang penulis masukan ke dalam rumus untuk menghitung waktu shalat ashar pada artikel tersebut mengikuti panduan dari Kementrian Agama yaitu  panjang bayangan sama dengan tinggi benda ditambah panjang bayangan saat dzuhur. Alhamdulillah hasilnya tidak melenceng.



Kesimpulan.
1. Dari pemaparan yang sudah penulis sampaikan bisa kita tarik kesimpulan bahwa awal masuknya waktu shalat Ashar adalah ketika panjang bayangan sebuah benda sama dengan tinggi benda ditambah panjang bayangan saat awal waktu Dzuhur.

2. Sebenarnya tidak terjadi kontradiksi termasuk pada hadist Nabi, sebab pernyataan 'panjang bayangan sama dengan tinggi benda' itu memang benar namun yang perlu diperhatikan adalah itu di luar panjang bayangan yang terjadi saat adzan dzuhur berkumandang.


Saran.
1. Sebenarnya penjelasan-penjelasan tentang waktu shalat ashar yang sesuai dengan hadist Nabi itu mungkin sudah benar hanya saja perlu dijelaskan yang dimaksud panjang bayangan sama dengan tinggi benda itu diukur dari mana.  Jadi saran penulis kepada pembuat artikel tentang waktu shalat ashar, pembuat artikel harus menambahkan keterangan bahwa yang dimaksud panjang bayangan benda sama dengan tinggi benda itu panjang yang diukur tanpa melibatkan panjang bayangan benda saat dhuhur. Jadi panjang bayangan sebenarnya adalah tinggi benda ditambah panjang bayangan saat dzuhur. Hal ini untuk menghindari kesalahfahaman bagi umat.  Sebab penulis yakin banyak umat yang terlanjur sudah salah faham, apalagi yang awam tentang astronomi.

2. Jangan pernah sekali-kali melaksanakan shalat ashar hanya dengan berpedoman mengukur panjang bayangan langsung tanpa mengetahui berapa panjang bayangan saat dzuhur, apalagi melaksanakan shalat ashar hanya dengan berpedoman panjang bayangan sama dengan tinggi benda, ini berpotensi melakukan shalat di luar waktu yang sudah disepakati para ulama. 

3. Waktu shalat yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan adalah yang sudah ditetapkan Kementrian Agama maka ikutilah waktu tersebut. Banyak juga aplikasi hp yang menghitung waktu shalat misalnya Muslim Pro dsb yang masih bisa digunakan karena selisihnya hanya semenit atau kurang dibandingkan perhitungan Kemenag, karena perhitungannya menggunakan rumus-rumus astronomi. Atau saat ini banyak Masjid atau mushala yang sudah memiliki display waktu shalat yang perhitungannya adalah menggunakan rumus-rumus astronomi yang benar sehingga bisa dijadikan acuan waktu shalat yang benar.

Wallahu 'alam
Semoga bermanfaat






Tidak ada komentar:

SERI BUMI DATAR?

Bukti Empiris Revolusi Bumi + Pengantar
Bukti Empiris Rotasi Bumi + Pengantar
Bukti Empiris Gravitasi + Pengantar

Seri 43 : Bantahan Cerdas Penganut FE3

Seri 42 : Bantahan Cerdas Penganut FE 2
Seri 41 : Melihat Satelit ISS sedang mengorbit Bumi
Seri 40 : Bantahan Cerdas Penganut FE

Seri 39 : Arah Kiblat Membuktikan Bumi Bulat

Seri 38 : Equation Of Time

Seri 37 : Mengenal Umbra Penumbra dan Sudut Datang Cahaya

Seri 36 : Fase Bulan Bukan Karena Bayangan Bumi
Seri 35 : Percobaan Paling Keliru FE
Seri 34 : Analogi Gravitasi Yang Keliru
Seri 33 : Belajar Dari Gangguan Satelit
Seri 32 : Mengapa Horizon Terlihat Lurus?
Seri 31 : Cara Menghitung Jarak Horizon
Seri 30 : Mengapa Rotasi Bumi Tidak Kita Rasakan
Seri 29 : Observasi Untuk Memahami Bentuk Bumi
Seri 28 : Permukaan Air Melengkung
Seri 27 : Aliran Sungai Amazon
Seri 26 : Komentar dari Sahabat
Seri 25 : Buat Sahabatku (Kisah Kliwon menanggapi surat FE101 untuk Prof. dari LAPAN)
Seri 24 : Bukti Empiris Gravitasi
Seri 23 : Bukti Empiris Revolusi Bumi
Seri 22 : Bukti Empiris Rotasi Bumi
Seri 21 : Sejarah Singkat Manusia Memahami Alam Semesta

Seri 20 : Waktu Shalat 212
Seri 19 : Kecepatan Terminal
Seri 18 : Pasang Surut Air Laut
Seri 17 : Bisakah kita mengukur suhu sinar bulan?
Seri 16 : Refraksi
Seri 15 : Ayo Kita Belajar Lagi
Seri 14 : Perspektif
Seri 13 : Meluruskan Kekeliruan Pemahaman Gravitasi
Seri 12 : Teknik Merasakan Lengkungan Bumi
Seri 11 : Gaya Archimedes terjadi karena gravitasi
Seri 10 : Azimuthal Equidistant
Seri 9 : Ketinggian Matahari pada bumi datar
Seri 8 : Bintang Kutub membuktikan bumi bulat
Seri 7 : Satelit Membuktikan Bumi berotasi
Seri 6 : Rasi Bintang membuktikan bumi berputar dan berkeliling
Seri 5 : Gravitasi membuktikan bumi bulat
Seri 4 : Besi tenggelam dan Gabus terapung
Seri 3 : Gaya gravitasi sementara dirumahkan
Seri 2 : Bola Golf jadi Penantang
Seri 1 : Satelit yang diingkari