Tentang Bara dan Api
Perbedaan antara bara dan api sudah saya jelaskan dari sisi makroskopik. Intinya, bara yang menempel pada benda yang terbakar bukanlah api itu sendiri. Namun ada hal yang belum saya singgung: dalam tataran mikroskopik, api yang kita lihat sejatinya adalah gas bahan bakar—misalnya gas karbon—yang sedang membara sesaat sebelum bereaksi dengan gas oksigen.
Cerita lengkapnya begini:
Zat cair maupun zat padat tidak akan langsung terbakar. Keduanya harus berubah lebih dulu menjadi uap atau gas. Elpiji di tabung, misalnya, wujudnya masih cair. Tetapi ketika keluar dari tabung, ia segera berubah menjadi gas karena perbedaan tekanan. Gas inilah yang kemudian bereaksi dengan oksigen di udara.
Arang pun demikian. Sepotong arang harus dipanaskan lebih dulu agar menghasilkan uap karbon. Gas karbon ini lalu bereaksi dengan oksigen. Karena reaksi pembakaran menghasilkan panas, terbentuklah siklus yang membuat arang terus membara hingga habis.
Lalu, mengapa api terlihat menyala?
Padahal baik oksigen maupun gas karbon tidak bisa dilihat mata.
Saat arang dipanaskan, ia mengeluarkan gas karbon dalam jumlah banyak. Gas ini naik ke atas karena pengaruh konveksi. Di saat bersamaan, oksigen dari udara datang menyambut dari berbagai arah. Pertemuan keduanya terjadi di ruang tak kasatmata. Namun ada sebagian gas karbon yang belum mendapat pasangan oksigen. Gas karbon “kesepian” ini membara sesaat, lalu menimbulkan cahaya—itulah yang kita lihat sebagai nyala api.
Semakin ke atas, jumlah gas karbon yang belum terbakar makin sedikit. Karena itu bentuk api meruncing ke atas, sampai akhirnya gas karbon bertemu pasangan oksigen di tepi ruangan reaksi itu.
Lingkaran Setan Pembakaran
Proses pembakaran bagaikan sebuah lingkaran setan. Arang yang dipanaskan menguap, menghasilkan gas karbon. Gas karbon bertemu oksigen, keduanya “bergembira” dan melepaskan energi dalam bentuk panas. Panas ini kembali memprovokasi arang agar menguap. Demikian seterusnya sampai arang atau bahan yang terbakar habis menjadi abu.
Bagaimana pengendali api melawannya?
Caranya adalah memutus rantai pembakaran. Jurus pemutus rantai ini ada dua:
Menghalangi oksigen agar tidak bisa menemui “pasangannya”.
Menurunkan temperatur agar bahan bakar tidak mudah terprovokasi.
Keduanya bisa dilakukan sendiri-sendiri atau bersamaan.
Dalam praktik sehari-hari:
Api bisa dipadamkan dengan menghalangi oksigen, misalnya dengan menyemprotkan karbondioksida ke sumber api.
Atau dengan menurunkan suhu, misalnya menyiram dengan air.
Itulah sebabnya, bila ada api di dapur, kita dianjurkan menutupnya dengan karung goni basah. Cara ini sekaligus menurunkan suhu dan menghalangi oksigen masuk.
Catatan:
Reaksi kimia spontan yang terjadi:
C (gas karbon) + O₂ (gas oksigen) → CO₂ (karbondioksida) + Energi.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar