Ada sebuah video di youtube yang
menjelaskan beberapa kelemahan dalam model bumi datar. Salah satunya adalah "Matahari Seharusnya Terlihat di Malam
Hari".
Banyak yang memberikan komentar baik
yang mendukung maupun yang membantah.
Salah satunya adalah bantahan seperti di bawah ini.
“Pada perhitungan anda, anda tidak memperhitungkan adanya
efek difraksi cahaya oleh kabut (awan), kekuatan pancaran radiasi sinar
ultraviolet, dan refraksi gelombang cahaya oleh uap air. anda hanya menggunakan
rumus-rumus tingkat SMA dan mengabaikan semua asumsi yang muncul. dan itu
merupakan suatu kesalahan terbesar anda karena memperhitungkan benda yang nyata
pada perhitungan teoritis tanpa adanya variabel tambahan. “
Jika kita membaca
sekilas bantahan tersebut sepertinya terlihat ilmiah dan cerdas, banyak menggunakan
jargon-jargon fisika. Untuk hal ini saya
tidak berkomentar, namun saya menemukan komentar dari seorang ahli Fisika dan
astronomi di blognya silakan lihat di sini (sangat menarik komentarnya)
Bantahan seperti itu
juga sangat bagus jika kita ajukan untuk membantah gerakan nasional mengukur
tinggi matahari. Yang membantah dan yang
dibantah sama-sama penggemar bumi datar.
(Cat. gerakan itu
adalah gerakan mengukur tinggi matahari dengan rumus-rumus tingkat SMA tanpa
melibatkan refraksi, difraksi dan istilah ilmiah lainnya. Dari analisa data
pengukurannya gerakan itu sejatinya malah menunjukkan bumi yang bulat)
Sahabat, benarkah
difraksi, refraksi dan kekuatan radiasi sinar ultraviolet dapat membuat
matahari menghilang di malam hari pada model bumi datar?
Mari kita ulas satu
persatu…
Refraksi
Refraksi atau pembiasan
cahaya adalah peristiwa pembelokan arah cahaya akibat melewati kerapatan medium
yang berbeda. Pada seri ke-16 tentang“refraksi” sudah saya jelaskan. Silakan
dilihat untuk menyegarkan kembali .
Ini salah satu contoh
peristiwa refraksi saat cahaya dari udara yang kerapatannya lebih rendah menuju
air yang kerapatannya lebih tinggi.
Cahaya dibelokkan mendekati garis normal atau lebih menukik.
Di permukaan bumi,
refraksi cahaya matahari terjadi akibat cahaya melewati kerapatan udara yang
berbeda. Sebagaimana kita tahu bahwa semakin tinggi suatu tempat dari permukaan
laut kerapatan udara semakin berkurang.
Dan berdasarkan hukum pembiasan cahaya, arah refraksi cahaya matahari di
udara adalah ke bawah. Artinya posisi
sebenarnya matahari adalah lebih rendah dari yang kita lihat. Misalnya saat kita melihat matahari separuh
terlihat di horizon sebenarnya saat itu posisi matahari sudah di bawah horizon.
Hisab waktu shalat juga
memperhitungkan nilai refraksi. Silakan lihat di seri ke-20 waktu shalat 212. Nilai refraksi cahaya matahari maksimum adalah
sekitar 0.6° dan ini terjadi saat menjelang maghrib. Jadi saat menjelang maghrib matahari yang
kita lihat sebenarnya posisinya lebih rendah 0.6°.
Apakah refraksi
menyebabkan matahari tidak terlihat di malam hari?
Berdasarkan rumus-rumus
tingkat SMA ketinggian matahari di bumi datar saat tengah malam (jam 12 malam)
adalah 14°. Silakan dilihat di seri ke-9 ketinggian matahari pada bumi datar.
Jadi jika penganut bumi datar ingin menenggelamkan matahari yang
setinggi itu maka kerapatan udara harus dibalik, semakin ke atas semakin rapat
dan itupun dengan perbedaan kerapatan yang sangat ekstrim agar pembelokannya lebih
dari 14°.
Jadi jelasnya refraksi
tidak akan menyebabkan matahari tidak terlihat di malam hari. Bahkan sebaliknya
refraksi justru menyebabkan matahari yang seharusnya tidak terlihat masih bisa
terlihat saat menjelang maghrib.
Difraksi
Difraksi adalah
peristiwa pelenturan muka gelombang akibat melewati celah sempit. Karena cahaya juga termasuk gelombang maka
cahaya pun akan mengalami peristiwa difraksi akibat melewati celah sempit.
Difraksi cahaya
menyebabkan pola terang gelap yang dapat diamati. Pola terang gelap terjadi karena saat bertemu
kembali (superposisi), berkas cahaya sudah berubah fase akibat perbedaan jarak
tempuh. Pola terang maksimum terjadi
saat fasenya sama (beda fase 0°) dan gelap maksimum saat terjadi perbedaan
fasenya sebesar 180°.
Seperti ini pola terang
gelap yang dapat diamati pada peristiwa difraksi cahaya.
Apakah cahaya matahari yang
sampai ke bumi mengalami difraksi di udara atau di awan?
Kemungkinan memang ada
peristiwa difraksi cahaya matahari di udara atau di awan jika secara kebetulan
awan membentuk suatu celah sempit dan ada berkas cahaya matahari yang
melewatinya. Mungkin levelnya tidak
sampai menyebabkan pola terang gelap yang dapat diamati di bumi.
Apakah difraksi dapat menyebabkan
matahari tidak terlihat di malam hari?
Kalaupun difraksi
menyebabkan pola terang gelap yang dapat diamati di bumi maka matahari hanya akan
tidak terlihat untuk daerah yang mengalami pola gelap dan akan bersinar cerah
di daerah yang mengalami pola terang.
Misalnya suatu malam, di Jakarta matahari tidak terlihat, namun di
Bekasi bisa dilihat, di Karawang hilang lagi dan di Cikampek matahari ada lagi. Wah seru kalau begini!!!
Seandainya ada difraksi
cahaya matahari karena awan, itupun kejadiannya tidak akan setiap hari atau
setiap malam. Sama seperti kejadian
mendung yang mengakibatkan cahaya matahari tertutup awan yang kejadiannya tidak
setiap hari. Faktanya tidak pernah ada
manusia satupun yang pernah melihat matahari di malam hari kecuali di kutub utara dan selatan saat midnight sun.
Dengan demikian
difraksi bukanlah menyebab matahari tidak terlihat di malam hari.
Kekuatan
pancaran radiasi ultraviolet
Cahaya matahari bukan
hanya sinar ultraviolet, tetapi ada spektrum lain yaitu cahaya tampak, infra
merah dll. Cahaya matahari yang dapat
kita lihat itu bukanlah ultraviolet, karena mata kita sulit melihat
ultraviolet. Yang bisa kita lihat adalah
cahaya tampak yang spektrumnya membentang dari merah sampai ungu Jika matahari hanya sinar ultraviolet saja
maka bumi akan gelap hanya remang-remang ungu dan tentunya kehidupan kita serba
remang-remang ungu. Mengerikan sekali
kalau begitu.
Kalau begitu istilah
ultraviolet saya ganti saja dengan cahaya matahari. Memang betul sumber cahaya yang semakin menjauh
akan mengalami penurunan daya atau intensitas.
Besarnya daya yang dipancarkan cahaya berbanding terbalik dengan
kuadrat jaraknya. Misalnya suatu sumber cahaya yang dijauhkan
dari objek sebesar dua kali dari jarak semula akan membuat daya pancar ke objek
menjadi seperempatnya. Jika kita menjauhkan
3 kali jarak semula akan membuat daya pancarnya menjadi sepersembilan dst.
Berdasarkan rumus-rumus
tingkat SMA jarak matahari di bumi datar saat tengah malam (jam 12 malam)
adalah 20600 km atau sekitar 4 kali dari saat jam 12 siang. Silakan dilihat di seri ke-9 ketinggian matahari pada bumi datar. Jadi pada
model bumi datar, saat tengah malam daya pancar cahaya matahari adalah
seperenambelasnya saat siang hari.
Apakah ini dapat membuat matahari tidak terlihat?
Mari kita
bereksperimen.
Di tempat yang gelap
gulita, nyalakan bohlam (lampu pijar) 5 watt saja (amat redup bila dibandingkan
dengan lampu LED 5 watt). Letakkan
bohlam di atas kepala setinggi 5 meter.
Lalu menjauhlah sejauh 20 meter, silakan lihat apakah bohlam sudah menghilang?
Sekarang lihatlah
matahari saat siang hari, lalu pikirkan seandainya terangnya dikurangi
enambelas kalinya apakah matahari menjadi tidak terlihat dan bumi menjadi
gelap?
Tentu saja matahari
tidak akan hilang dan bumi pun tidak akan gelap, masih cukup terang untuk kita
bisa membaca.
Mari kita
buktikan. Kekuatan cahaya mempengaruhi
iluminasi. Iluminasi cahaya matahari
saat siang hari yang cerah di luar ruangan adalah sekitar 100.000 lux (1lux = 1
lumen/m2). Sedangkan
iluminasi standar di ruang kerja adalah sekitar 500 lux, koridor 100 lux dan
ruang operasi di RS sekitar 2000 lux. Jika iluminasi cahaya matahari berkurang
16 kalinya maka akan menjadi 6250 lux, masih lebih terang dari pada ruang
operasi apalagi ruang kerja.
Mungkin ada yang
membantah, bahwa ketinggian matahari yang dibahas adalah 14°, sementara yang
dibandingkan adalah saat siang hari atau 90°.
Itu artinya posisi matahari sudah miring dan lebih banyak energi yang
terserap atmosfir.
Memang betul seperti
itu. Matahari dengan ketinggian 14° terjadi sekitar jam 5 sore. Pada jam
5 sore dan kondisi cerah silakan dirasakan kekuatan penerangannya, bandingkan
dengan ruang kerja. Lalu pikirkan
seandainya iluminasinya berkurang 16 kalinya apakah akan menyebabkan gelap
gulita? Sebagai gambaran iluminasi
cahaya bulan adalah sekitar 0.2 lux, kecil sekali bukan, namun bulan masih bisa
terlihat dan sedikit memberi penerangan di bumi.
Dengan demikian jelas
bahwa berkurangnya daya pancar radiasi ultraviolet ehh maaf salah, daya pancar cahaya matahari
yang “menjauh” tidak akan sampai menghilangkan kenampakannya dan menyebabkan
gelapnya bumi.
Persfektif
Tentang persfektif
walaupun tidak ada dalam bantahan di atas tetapi sering digunakan oleh penganut
FE untuk menyatakan bahwa matahari tenggelam karena persfektif. Jadi saya bahas juga di sini. Silakan lihat seri ke-14 tentang Persfektif. Dalam
artikel tersebut dibahas ukuran kenampakan matahari saat pagi siang, sore dan
malam pada model bumi datar.
Sesuai dengan hukum
persfektif benda yang menjauh akan terlihat semakin mengecil dan akhirnya masuk
ke titik hilang pengamatan. Persfektif
meyebabkan ukuran benda akan mengecil secara beraturan jika jaraknya menjauh
beraturan. Perhatikan rel yang menjauh,
jarak antar sisi relnya akan mendekat secara beraturan.
Saat kita melihat matahari dari pagi sampai jam 12 siang dan
lanjut menjelang terbenam, ukurannya relatif sama bukan?. Tidak mungkin ukuran matahari mengecil tiba-tiba hanya saat
menjelang matahari terbenam. Kecuali
matahari diam saja dari pagi sampai sore, lalu tiba-tiba melesat menjauh dengan
kecepatan tinggi.
Sebenarnya bagi
penganut FE tidak sulit untuk membuktikan bulatnya bumi. Cukup datang ke pantai
dan amatilah matahari yang sedang terbit atau terbenam. Dari pada sekedar melihat video dari youtube mending
buktikan saja sendiri. Kalau perlu bawa kamera untuk merekam dan memotret
dengan mengatur nilai exposure, bila perlu pakai solar filter untuk menurunkan
instensitas cahaya matahari agar bulatan matahari terlihat jelas. Lakukan beberapa menit mulai dari matahari masih
nampak sampai tidak terlihat. Niatkan
dengan ikhlas untuk mencari mana yang benar.
Lalu tanyakan pada hati kecil, Tenggelam apa mengecil? Ayo
buktikan jargon open mindednya!!!
Model
yang keliru
Dalam model bumi datar
seperti yang sekarang ini, diakui atau tidak oleh para penggemarnya banyak
sekali penomena alam yang bertentangan atau tidak bisa dijelaskan. Kecuali dengan penjelasan aneh yang semakin
menunjukkan ketidakfahaman mereka pada sains.
Matahari seharusnya
terlihat di malam hari pada bumi datar.
Ini adalah pemahaman yang amat sangat mudah difahami. Itulah mengapa
sejak 2300 tahun yang lalu manusia sudah mengerti bentuk bumi yang bulat. Dan kalau ada sekelompok orang yang
menyatakan bahwa pemahaman bumi bulat adalah propaganda elit global, itulah
yang disebut teori konspirasi. Teori
aneh yang menyalahi sejarah. Bahkan bagi
umat Islam itu adalah suatu penghinaan terhadap seluruh ilmuwan muslim jaman
keemasan yang sudah menyatakan bumi berbentuk bulat.
Penutup
Sahabat, sengaja
artikel ini saya poskan tepat di hari
ulang tahun kemerdekaan bangsa Indonesia yang ke-73. Selama tiga setengah abad lebih bangsa kita
menjadi jajahan asing. Salah satu
penyebabnya adalah akibat kebodohan kita.
Memang saat itu sengaja kita dibuat bodoh oleh penjajah dengan sulitnya
akses pendidikan bagi bangsa kita.
Mestinya saat ini di
jaman kemerdekaan kita lebih leluasa untuk belajar, mencari ilmu, menambah
wawasan agar kita dapat menguasai teknologi dan tidak lagi mudah dibohongi.
Namun sayangnya ada pemahaman yang lahir di barat dan diimpor ke sini hendak
menjauhkan kita dari ilmu pengetahuan.
Itulah pemahaman bumi
datar yang melakukan propaganda pemahamannya dengan cara yang tidak terpuji
seperti kebohongan dan juga fitnah kepada ilmuwan misalnya Nicola Tesla,
Newton, Ensteins, Al-biruni dsb. Seandainya saja mereka mengajukannnya secara
elegan, mungkin dapat menambah khazanah kekayaan dalam sains.
Dalih mereka mau
melawan elit global, namun alih-alih mau mengalahkan elit global mereka justru
memusuhi sains dan menuduh sains adalah kebohongan. Ini justru akan menjerumuskan pada
kebodohan. Bohong atau tidak, sains itu perlu dipelajari, bagaimana bisa
tahu sains berisi kebohongan jika hal-hal sepele dalam sains saja tidak
faham. Bisa dibuktikan dari perbagai
propaganda dan bantahan pengikut mereka bahwa pemahaman mereka terhadap sains
benar-benar babak belur. Contohnya
seperti di artikel ini.
Metode saintifik tidak
memungkinkan adanya kebohongan. Setiap
teori, rumus dan hukum dalam sains harus bisa diuji oleh siapa pun, di mana pun
dan kapan pun. Misalnya hukum gravitasi,
siapapun misalnya semua penganut FE bisa membuktikannya, kapan pun dan di mana
pun.
Saya yakin di Indonesia
sudah ada perguruaan tinggi yang memiliki peralatan praktikum gravitasi untuk
membuktikan dua benda saling tarik menarik karena massanya. Daripada membantah
dengan pernyataan konyol seperti kalau gravitasi ada kenapa kita bisa bergerak
bebas di atas bumi, kenapa balon helium bisa terbang, ajaib batu bisa menarik
daging! Dsb. Lebih baik belajar yang benar, pelajari bagaimana cara membuktikan
gravitasi. Kalau tidak bisa membuat
alatnya ya cukup baca jurnal ilmiah yang berisi percobaan tersebut.
Jadi di hari ulang
tahun kemerdekaan ini, marilah kita lebih bersemangat lagi untuk belajar. Bulat atau datar harus difahami dengan cara
belajar. Belajar tidak bisa instant tapi
perlu waktu dan proses. Belajar harus
dari sumber yang kredibel, layak dan dapat dipercaya. Belajar tidak serta merta jadi mengerti dan
faham hanya dengan menonton video dari youtube.
Mari kita belajar lagi.
Merdeka!!!
2 komentar:
maaf izin menanggapi tanggapan anda... masalahnya teori yang anda cantumkan dalam blog anda itu adalah suatu perhitungan dalam kondisi yang serba ideal... dalam suatu sistem nyata atau disebut dinamis... semua faktor harus dimasukan kedalam perhitungan.. karena galat sedikit saja apabila tinjauannya untuk wilayah yang sangat luas atau bahkan pemakaian energi skala sangat besar... maka galat yang terbentuk memang akan sangat - sangat jauh...
untuk akademisi seperti saya... untuk memperhitungkan hal tersebut secara nyata bisa dibilang sangat - sangat sulit... jika anda ingin mengetahui pemahaman mengenai cara perhitungan dalam kondisi nyata dan dinamis dalam tinjauan laju alir massa dan kalor... silahkan anda belajar mata kuliah teknik kimia tentang proses perpindahan massa, panas, alir dan beberapa konsep dasar termodinamika proses... mungkin dari situ anda bisa lebih mengerti konsep dasarnya mengenai perhitungan laju dalam kondisi nyata dan dinamis...
Terima kasih atas bantahannya.
Dalam kondisi ideal, berdasarkan rumus tingkat SMA, ketinggian matahari pada model bumi datar saat jam 12 malam adalah 14 derajat, seharusnya dalam kondisi ini matahari masih dapat terlihat oleh manusia. Mas Rayhan mengajukan 3 kondisi tidak ideal yang menyebabkan matahari menjadi tidak terlihat dan bumi menjadi gelap.
Saya sudah menjelaskan bahwa ketiga kondisi tersebut tidak akan dapat menyebabkan bumi menjadi gelap dan matahari menjadi tidak terlihat. Insya Allah penjelasan saya sudah sesuai dengan ilmu Fisika yang saya pelajari dan fahami. Dan Insya Allah tidak menyalahi sains, silakan dikonfirmasi pada orang yang lebih ahli dan punya kompentensi.
Tidak ada kondisi ideal di dalam dunia ini, seorang akademisi seperti Mas Rayhan pun pasti tahu hal ini. Ketika melakukan pengukuran, percobaan, ataupun melakukan perhitungan, seorang akademisi dituntut tahu dan harus tahu kondisi tidak ideal seperti apa yang berpengaruh, kecil pengaruhnya dan tidak memiliki pengaruh sama sekali terhadap hasil pengukuran atau perhitungan. Dan seorang akademisi beneran tidak akan sembarangan mengatakan kondisi tidak ideal tertentu dapat menyebabkan begini atau begitu karena semua itu ada ilmunya.
Contoh nyatanya adalah para akademisi, praktisi, ilmuwan, astronom tahu bahwa refraksi di udara hanya akan membelokkan cahaya matahari tidak lebih dari 0.57 derajat dengan arah ke bawah, jadi mereka tidak akan melakukan hal konyol dengan mengatakan matahari menghilang karena refraksi.
Seorang akademisi pun harus mampu menginventaris dan mengelola kondisi tidak ideal tersebut agar pengukuran dan perhitungan menjadi valid alias memiliki galat yang sekecil-kecilnya dengan cara melakukan koreksi terhadap galat yang timbul akibat pengaruh kondisi tak ideal tersebut. Contoh nyata adalah hisab waktu shalat, khususnya waktu shalat maghrib, ketinggian matahari harus dikoreksi 0.57 derajat akibat refraksi cahaya matahari oleh udara.
Hisab waktu shalat tidak memperhitungkan kondisi tidak ideal yang diajukan Mas Rayhan, karena para astronom dan Ulama ahli falak tahu bahwa kondisi tidak ideal tersebut pengaruhnya tidak signifikan kecuali saat maghrib. Sebagai informasi, hisab waktu shalat dibuat berdasar bumi bulat, jadi kalau bumi bulat menurut Mas Rayhan salah berarti waktu shalat yang dikeluarkan Depag juga salah. Dan jika Mas Rayhan seorang Muslim maka konsekuensinya harus membuat sendiri hisab waktu shalat berdasar bumi datar. Silakan direnungkan…
Jadi kesimpulan penjelasan saya adalah bahwa memang ada kondisi tidak ideal yang dapat mempengaruhi ketinggian dan keadaan matahari namun pengaruhnya tidak signifikan.
Sekarang beban pembuktian ada pada Mas Rayhan, silakan dibuktikan kekuatan cahaya matahari, refraksi dan difraksi seperti apa yang dapat menyebabkan bumi menjadi gelap dan matahari tidak terlihat pada bumi datar saat malam hari. Monggo….
Oh ya, kebetulan sepertinya Mas Rayhan seorang penganut FE, saya mau tanya; ada video, blog dan web yang mengungkap kebohongan, fitnah, quote mining dan memilintir informasi dalam Video FE101. Menurut Mas Rayhan, benarkah dalam Video FE101 yang tayang beberapa episode di Youtube itu banyak mengandung kebohongan, fitnah, quote mining, dan memelintir informasi?
Posting Komentar