Sulitnya Menerapkan Kalender Hijriyah Global Tunggal: Antara KHGT dan Ru’yatul Hilal
Pendahuluan
Kalender Hijriyah digunakan umat Islam di seluruh dunia untuk menentukan waktu ibadah, terutama penentuan awal bulan seperti Ramadan, Syawal, dan Zulhijah. Namun, hingga saat ini belum ada satu sistem kalender Hijriyah global yang disepakati seluruh dunia. Salah satu gagasan yang muncul adalah Kalender Hijriyah Global Tunggal (KHGT), yang menggunakan metode hisab modern. Sayangnya, penerapan KHGT menemui kendala besar, terutama karena masih banyaknya penganut metode ru’yatul hilal (observasi bulan sabit pertama) yang belum terakomodasi secara penuh.
1. Apa Itu Hisab
Hisab adalah metode perhitungan posisi benda langit secara matematis dan astronomis untuk menentukan awal bulan. Dalam konteks kalender Hijriyah, hisab digunakan untuk memperkirakan kapan bulan baru (hilal) pertama kali muncul setelah ijtimak (konjungsi). Metode hisab ini dianggap objektif karena berbasis data astronomi yang presisi, sehingga tanggal awal bulan dapat ditentukan jauh hari sebelumnya.
2. Ru’yatul Hilal
Ru’yatul hilal adalah metode penentuan awal bulan dengan cara mengamati langsung bulan sabit pertama setelah matahari terbenam. Metode ini telah dipraktikkan sejak masa Rasulullah ﷺ, dan di banyak negara Muslim masih menjadi rujukan utama. Kelemahannya, hasil rukyat bisa berbeda-beda tergantung cuaca, lokasi, dan kemampuan pengamat. Namun, bagi sebagian ulama dan umat, ru’yatul hilal dianggap sebagai bentuk ittiba’ (mengikuti) sunnah secara langsung.
3. Imkanur Ru’yat
Imkanur ru’yat adalah kriteria kemungkinan terlihatnya hilal, yang menggabungkan aspek hisab dan rukyat. Para ahli astronomi menentukan batas minimal tinggi bulan dan jarak sudut bulan–matahari agar hilal dapat terlihat secara realistis. Misalnya, kriteria MABIMS menetapkan tinggi bulan minimal 3 derajat dan elongasi minimal 6,4 derajat. Dengan kriteria ini, hilal yang secara astronomis mustahil terlihat tidak akan dijadikan patokan awal bulan.
4. Kalender Hijriyah Global Tunggal (KHGT)
KHGT adalah upaya menyatukan kalender Hijriyah di seluruh dunia, sehingga awal bulan sama secara internasional. Prinsipnya adalah:
Awal bulan ditentukan berdasarkan hisab global.
Jika hilal memenuhi kriteria tertentu di salah satu wilayah di dunia, maka seluruh dunia memulai bulan baru pada hari yang sama.
Dengan KHGT, tidak akan ada lagi perbedaan awal Ramadan atau Idulfitri antarnegara. Namun, penerapannya menuntut semua pihak meninggalkan rukyat sebagai metode utama, atau minimal menerima hisab sebagai dasar keputusan global.
5. Sulitnya Mempertemukan KHGT dengan Ru’yatul Hilal
Inilah tantangan terbesar KHGT. Banyak negara, termasuk Indonesia, masih mempertahankan rukyat sebagai validasi akhir. Beberapa alasan mengapa sulit mempertemukan KHGT dengan rukyat:
Perbedaan pandangan fikih – Sebagian ulama berpegang pada hadis yang menekankan “berpuasalah karena melihat hilal”, sehingga hisab semata dianggap tidak cukup.
Kedaulatan dan tradisi lokal – Penentuan awal bulan dianggap bagian dari kedaulatan agama negara masing-masing.
Kondisi geografis – Hilal yang terlihat di satu belahan bumi belum tentu terlihat di wilayah lain.
Kriteria imkanur ru’yat yang berbeda – Setiap negara atau organisasi memiliki kriteria sendiri, sehingga hisab global sulit diharmonisasikan.
Akibatnya, walaupun KHGT menawarkan keseragaman, penerimaan global terhambat oleh keberagaman metode dan pandangan.
Saran
Dialog lintas mazhab dan negara – Ulama, astronom, dan pemerintah perlu duduk bersama membahas titik temu antara hisab dan rukyat.
Edukasi masyarakat – Penting untuk memberikan pemahaman ilmiah dan fikih agar umat mengerti manfaat kalender global tanpa mengabaikan prinsip syar’i.
Uji coba bertahap – KHGT dapat diterapkan di forum internasional tertentu (misalnya Haji) untuk melihat efektivitasnya sebelum diadopsi penuh.
Kesimpulan
Kalender Hijriyah Global Tunggal adalah gagasan ambisius yang dapat menyatukan penanggalan umat Islam di seluruh dunia. Namun, penerapannya tidak semudah perhitungan astronominya. Perbedaan pandangan fikih, tradisi rukyat, dan kriteria imkanur ru’yat menjadi tantangan utama. Kesatuan kalender memerlukan kesepakatan global, yang hanya mungkin dicapai melalui dialog, kompromi, dan kesadaran bersama akan pentingnya persatuan umat dalam penentuan waktu ibadah.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar