Perpindahan Panas: Radiasi, Konduksi, dan Konveksi
Kita tentu sudah tahu bahwa panas dapat menghasilkan cahaya.
Kalau belum percaya, coba perhatikan panggangan roti di dapur yang membara, kompor listrik yang sedang digunakan untuk memasak, atau lampu pijar yang menyala di langit-langit rumah.
Nah, sekarang pasti percaya, bukan?
Namun, ada satu hal lagi yang mungkin jarang kita sadari: setiap benda di alam semesta ini memancarkan gelombang elektromagnetik, termasuk tubuh kita sendiri.
Mengapa semua benda memancarkan gelombang elektromagnetik?
Setiap benda pasti memiliki suhu (panas), dan panas adalah energi. Segala sesuatu yang memiliki panas cenderung berusaha menurunkan suhunya (ingat: proses spontan).
Salah satu cara sebuah benda menurunkan panasnya adalah dengan memancarkan radiasi gelombang elektromagnetik.
Sifat gelombang elektromagnetik adalah tidak memerlukan media atau perantara untuk merambat. Karena itu, panas bisa berpindah secara radiasi bahkan melalui ruang hampa, seperti cahaya matahari yang mencapai bumi setelah menempuh jarak jutaan kilometer di ruang angkasa.
Pada suhu tertentu, radiasi yang dihasilkan sebuah benda masuk ke dalam spektrum cahaya tampak (merah–violet). Inilah sebabnya benda dapat terlihat membara.
Catatan: membara tidak sama dengan terbakar, meskipun keduanya sama-sama membuat ruangan menjadi terang—perbedaannya akan dibahas pada kesempatan lain.
Bagaimana dengan tubuh kita?
Tubuh manusia juga memancarkan radiasi elektromagnetik, tetapi pada spektrum infra merah. Karena itu, walaupun dalam keadaan gelap gulita, kamera infra merah dapat mendeteksi keberadaan tubuh kita.
Radiasi hanyalah salah satu dari tiga cara panas berpindah. Dua cara lainnya adalah konduksi dan konveksi.
1. Perpindahan Panas Secara Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas melalui zat padat tanpa perpindahan massa.
Panas mengalir secara spontan dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah, tanpa memedulikan ukuran benda tersebut. (Ukuran benda hanya memengaruhi jumlah total panas yang dikandungnya.)
Contoh:
Bayangkan kita memegang sendok untuk mengaduk kopi panas. Beberapa saat setelah ujung sendok tercelup ke dalam kopi, ujung sendok yang kita pegang ikut terasa panas—padahal tidak menyentuh kopi sama sekali.
Proses ini terjadi karena molekul air kopi yang lebih panas bergerak lebih cepat dan menumbuk molekul-molekul logam sendok pada bagian yang tercelup. Molekul-molekul logam itu kemudian menumbuk molekul logam di dekatnya, dan seterusnya, hingga seluruh molekul pada sendok mencapai suhu yang hampir merata.
(Ingat: suhu suatu benda berhubungan langsung dengan tingkat energi gerak atau “kebrutalan” gerakan molekul-molekulnya.)
2. Perpindahan Panas Secara Konveksi
Konveksi umumnya terjadi pada zat cair dan gas—media yang molekulnya dapat bergerak relatif bebas. Pada zat padat, konveksi sulit terjadi.
Contoh:
Saat kita merebus air, lapisan molekul air yang berada tepat di atas permukaan panci bagian bawah akan lebih dulu menerima panas. Karena lebih panas daripada lapisan di atasnya, molekul-molekul ini menjadi lebih ringan dan bergerak naik. Posisi yang ditinggalkan akan diisi oleh lapisan molekul di atasnya yang suhunya lebih rendah. Proses ini berulang terus menerus hingga seluruh air dalam panci mencapai suhu yang relatif merata.
3. Perpindahan Panas Secara Radiasi
Radiasi adalah perpindahan panas melalui gelombang elektromagnetik, tanpa memerlukan media perantara.
Contoh paling mudah adalah panas matahari yang sampai ke bumi melalui ruang hampa.
Catatan:
-
Gelombang adalah energi yang merambat.
-
Gelombang elektromagnetik adalah gelombang transversal yang memiliki dua komponen getaran: medan listrik (elektro) dan medan magnet, yang saling tegak lurus satu sama lain dan terhadap arah rambat gelombang.