Sabtu, 01 April 2017

SERI BUMI DATAR? BAGIAN 27 : ALIRAN SUNGAI AMAZON



Beberapa kali saya menjumpai web atau artikel yang membahas aliran sungai NIL dan juga sungai Amazon yang sangat panjang.  Jika kita petakan aliran sungai ini pada bola bumi maka kita akan mendapati seolah olah aliran air ini menanjak menuju ke puncak lengkungan.  Mereka yang masih belum mengerti bentuk bumi yang bulat menggunakan fenomena ini sebagai hujjah untuk membantah bentuk bumi yang bulat.  

Seorang sahabat juga ada yang menanyakan kepada saya tentang aliran sungai Amazon.  Saya apresiasi sahabat yang mau bertanya dan mencari tahu.  Mestinya demikianlah yang tepat dilakukan bukan malah membantah karena ketidakfahamannya.  Semoga sahabat-sahabat  mendapatkan pencerahan setelah membaca penjelasan berikut.

Dalam seri ini saya akan menjelaskan bahwa sebenarnya aliran sungai yang panjang seperti sungai Amazon tidaklah menanjak.  Kekeliruan anggapan tersebut terjadi karena kita belum faham konsep atas dan bawah.  Mungkin kita belum faham bagian manakah yang disebut atas atau bawah pada bola bumi.  Apa yang menyebabkan terjadinya atas dan bawah.  Mari kita ikuti penjelasannya.


Gaya gravitasi bumi

Gaya gravitasi bumi pada sebuah benda yang berada di permukaan bumi adalah gaya tarik menarik bumi dengan benda akibat massa yang dimiliki keduanya.  Bumi dan benda akan saling tarik-menarik dengan gaya yang besarnya dirumuskan dalam hukum gravitasi Newton.  Gaya tarik yang dialami bumi dan benda besarnya adalah sama. Jika kita misalkan gaya tarik menarik tersebut sebesar F, maka percepatan yang dialami bumi sama dengan F dibagi massa bumi, hasilnya amat sangat kecil. Sedangkan percepatan yang dialami benda sama dengan F dibagi massa benda dan hasilnya sekitar 9,8m/s2, angka ini disebut percepatan gravitasi di permukaan bumi.  Gaya gravitasi benda akibat ditarik bumi ini tidak lain dan tidak bukan adalah gaya berat benda, atau kita sebut berat saja. (Harap dibedakan dengan massa benda)

Gaya gravitasi berlaku di mana pun di alam semesta ini, baik di darat, di udara, di laut, di air maupun di ruang hampa. Silakan baca artikel "Gaya Archimedes terjadi karena gravitasi". Gaya Archimedes berlaku pada fluida (zat cair maupun gas). 

Gaya gravitasi bumilah yang menyebabkan adanya rasa atas dan bawah bagi manusia.  Jika kita membayangkan sedang melayang-layang di alam semesta di antara milyaran benda-benda langit  maka tidak ada yang namanya atas dan bawah.  Andaikan saat itu kita sedang menyaksikan bumi yang melayang di alam semesta pun kita tidak bisa mengatakan mana bagian atas mana bagian bawah dari bola bumi.  Kita merasakan atas dan bawah saat merasakan ditarik oleh gaya gravitasi bumi.


Pusat Massa benda

Untuk benda-benda tegar homogen (massa jenisnya tersebar merata) pusat massa terletak pada kesetimbangan geometri (bentuk) benda.  Misalnya benda pejal homogen yang berbentuk kubus, pusat massanya terletak tepat di tengah-tengah kubus (titik temu di antara diagonal ruangnya). Untuk benda pejal homogen berbentuk bola, pusat massanya terletak tepat di pusat bola.  Jika bumi kita anggap benda pejal homogen berbentuk bulat sempurna maka pusat massa bumi terletak tepat di tengah pusat bola.  Namun karena bumi tidaklah homogen dan bentuknya tidak bulat sempurna maka pusat massa bumi mungkin tidaklah benar-benar tepat di pusat bola.  Namun demikian, sebagai pendekatan ketika kita membahas masalah gravitasi kita bisa menganggap pusat massa bumi terletak tepat di tengah-tengah bola bumi.


Ketinggian

Ketinggian adalah sebuah besaran yang mirip dengan jarak atau panjang dengan satuan meter atau kilo meter atau satuan panjang lainnya. Namun ketinggian lebih bersifat khusus.  Disebut khusus karena arah ketinggian segaris dengan pusat massa bumi, sedangkan jarak atau panjang arahnya bebas (bisa ke mana saja) dalam ruang tiga dimensi.  Jarak atau panjang bersifat relatif artinya suatu jarak adalah kedudukan yang diukur dari suatu titik acuan ( titik referensi).  Misalnya ketika kita bertanya berapa jarak kota Solo, maka kita harus menyebutkan diukur dari mana. Begitu juga dengan ketinggian, ketinggian suatu tempat diukur terhadap suatu titik acuan. 

 Titik acuan bisa di mana saja, misalnya di tanah yang sedang kita pijak, di puncak pohon, di permukaan air laut, di pusat massa bumi atau di mana saja. Titik acauan tersebut kita anggap sebagai titik nol, atau ketinggian nol. Misalnya kita mengatakan tinggi tiang bendera 10 meter, tentu ini diukur dari tanah di mana tiang bendera itu ditancapkan dengan menganggap tanah sebagai ketinggian nol.  Misalnya lagi tinggi pesawat terbang 10.000 kaki, umumnya diukur dari permukaan air laut (dpl). 

            Namun demikian sebenarnya acuan awal ketinggian adalah pusat massa bumi.  Kita bisa mengatakan pusat massa bumi adalah tinggi nol absolut karena tidak ada tempat yang lebih rendah dari pusat massa bumi, sementara tempat yang lain bisa dijadikan sebagai tinggi nol relatif.  Misalnya jika kita anggap dasar laut adalah titik nol maka tinggi permukaan air laut adalah jarak yang diukur dari permukaan air laut dengan dasar laut.

            Jadi ketinggian suatu tempat sebenarnya adalah perbedaan tinggi antara tempat tersebut dengan suatu titik acuan yang kita anggap sebagai nol.  Keistimewaannya adalah jika kita tarik garis lurus antara titik yang kita ukur tingginya dengan titik acuan,  maka garis itu akan mengarah ke pusat massa bumi. Silakan dibayangkan, Tugu Monas yang tegak, antara puncak dan dasarnya jika kita tarik garis lurus dan diperpanjang ke bawah maka akan mengarah ke pusat massa bumi.  Atau silakan gantungkan sebuah bandul dengan tali, maka tali akan mengarah ke pusat massa bumi.

Dalam konsep bumi bulat, bagian paling bawah adalah pusat massa bumi. Dan bagian yang lebih atas (atau lebih tinggi) adalah ketika menjauh dari pusat massa bumi (Mohon ini difahami). Suatu tempat misalnya A dikatakan lebih tinggi dari pada B adalah ketika jarak A ke pusat massa bumi lebih jauh daripada jarak B ke pusat massa bumi.  

Mari kita bayangkan, ketika kita berdiri di belahan bola bumi manapun misalnya di Indonesia atau di Amerika, kaki kita tetap sebagai bagian bawah dan kepala kita adalah bagian atas. Mengapa demikian, padahal letak Amerika di belakang Indonesia pada bola bumi?  Karena jarak kaki kita lebih dekat dengan pusat massa bumi dari pada jarak kepala kita dengan pusat massa bumi.  Perhatikan ilustrasi  berikut.



Jika kita sudah faham dengan konsep tersebut maka kita akan faham bahwa  air yang mengalir di sungai Amazon sebenarnya sedang mencari tempat yang lebih rendah atau tempat yang jarak dari pusat massa bumi lebih dekat, atau air sedang mendekatkan diri dengan pusat massa bumi.  Sekali lagi tidak ada air yang alirannya menanjak.  Juga tidak ada samudra yang terbalik.  Jika ada orang yang masih beranggapan ada samudra yang terbalik, itu akibat belum faham.  Alangkah eloknya jika mau belajar lagi, bukan malah menggunakan ketidakfahamannya untuk berhujjah.

Intinya fahami dulu konsep atas-bawah pada bola bumi. Jangan dibayangkan kita sedang berdiri di hadapan sebuah bola, karena pada kasus ini, bagian bawah bola adalah bagian yang menyentuh tanah dan bagian atas adalah yang  paling jauh dari tanah. Pada kasus demikian tentu akan aneh jika ada air yang mengalir dari bawah ke bagian atas bola.  Konsep atas-bawah pada bola bumi bukanlah seperti kasus tersebut di atas.  Atas-bawah pada bola bumi yang sedang 'mengambang' di alam semesta bukanlah kutub utara vs kutub selatan atau Indonesia vs Amerika.  Di alam semesta tidak ada atas dan bawah bagi manusia selain mengacu pada pusat massa bumi.  Kuncinya kita harus memahami bahwa atas-bawah bagi manusia yang tinggal di bumi mengacu pada jarak terhadap pusat massa bumi dan ini terjadi karena gaya gravitasi bumi.

Sebagai bonus informasi yang mudah-mudahan berguna, permukaan air laut umumnya dijadikan sebagai acuan ketinggian suatu tempat karena sifat liquid air yang ditarik oleh gaya gravitasi bumi menyebabkan permukaan air melengkung mengikuti jari-jari bumi.  Sehingga di samudra manapun permukaan air laut bisa dijadikan sebagai acuan ketinggian nol karena permukaan air laut di manapun memiliki jarak yang sama terhadap pusat massa bumi. Hal berbeda terjadi di daratan, misalnya gunung, walaupun ditarik oleh gravitasi ke pusat massa bumi namun sifat zat padatnya tetap mampu menahan tingginya yang  menjulang.

 Jika ada yang mengatakan permukaan air adalah datar, itu karena belum faham. Permukaan air di gelas atau di kolam terlihat datar karena mata kita tidak bisa mendeteksinya. Untuk melihat air yang melengkung, silakan amati kapal yang terlihat sedang tenggelam di horizon.  Bagian bawah kapal tidak terlihat akibat terhalang oleh air yang melengkung mengikuti jari-jari bumi. Jika ada orang yang mengatakan bagian bawah kapal tidak terlihat karena persfektif itu akibat belum faham dan mengerti apa itu persfektif. Semoga orang yang demikian mau belajar lagi dan tidak lagi menggunakan ketidakfahamannya untuk berhujjah yang akhirnya membuat orang lain tersesat.  Ingatlah pahala yang mengalir itu adalah ilmu yang berguna bukan ilmu yang menyesatkan.

Saran

Kepada sahabat yang masih ngotot bahwa bentuk bumi tidaklah bulat, saya sarankan bertanyalah pada diri sendiri; sudah sejauh mana belajar ilmu Fisika, Astronomi dan pengetahuan tentang perkembangan sains sejak jaman Yunani, jaman keemasan Islam dan kemajuan di Eropa.  Jika merasa masih kurang monggo silakan belajar lagi.  Tidak usahlah berargumen karena ketidakmengertian.  Ketika mengatakan bumi datar atau bulat, berargumenlah dengan ilmu pengetahuan bukan dengan ketidaktahuan.


Semoga bermanfaat





SERI BUMI DATAR?

Bukti Empiris Revolusi Bumi + Pengantar
Bukti Empiris Rotasi Bumi + Pengantar
Bukti Empiris Gravitasi + Pengantar

Seri 43 : Bantahan Cerdas Penganut FE3

Seri 42 : Bantahan Cerdas Penganut FE 2
Seri 41 : Melihat Satelit ISS sedang mengorbit Bumi
Seri 40 : Bantahan Cerdas Penganut FE

Seri 39 : Arah Kiblat Membuktikan Bumi Bulat

Seri 38 : Equation Of Time

Seri 37 : Mengenal Umbra Penumbra dan Sudut Datang Cahaya

Seri 36 : Fase Bulan Bukan Karena Bayangan Bumi
Seri 35 : Percobaan Paling Keliru FE
Seri 34 : Analogi Gravitasi Yang Keliru
Seri 33 : Belajar Dari Gangguan Satelit
Seri 32 : Mengapa Horizon Terlihat Lurus?
Seri 31 : Cara Menghitung Jarak Horizon
Seri 30 : Mengapa Rotasi Bumi Tidak Kita Rasakan
Seri 29 : Observasi Untuk Memahami Bentuk Bumi
Seri 28 : Permukaan Air Melengkung
Seri 27 : Aliran Sungai Amazon
Seri 26 : Komentar dari Sahabat
Seri 25 : Buat Sahabatku (Kisah Kliwon menanggapi surat FE101 untuk Prof. dari LAPAN)
Seri 24 : Bukti Empiris Gravitasi
Seri 23 : Bukti Empiris Revolusi Bumi
Seri 22 : Bukti Empiris Rotasi Bumi
Seri 21 : Sejarah Singkat Manusia Memahami Alam Semesta

Seri 20 : Waktu Shalat 212
Seri 19 : Kecepatan Terminal
Seri 18 : Pasang Surut Air Laut
Seri 17 : Bisakah kita mengukur suhu sinar bulan?
Seri 16 : Refraksi
Seri 15 : Ayo Kita Belajar Lagi
Seri 14 : Perspektif
Seri 13 : Meluruskan Kekeliruan Pemahaman Gravitasi
Seri 12 : Teknik Merasakan Lengkungan Bumi
Seri 11 : Gaya Archimedes terjadi karena gravitasi
Seri 10 : Azimuthal Equidistant
Seri 9 : Ketinggian Matahari pada bumi datar
Seri 8 : Bintang Kutub membuktikan bumi bulat
Seri 7 : Satelit Membuktikan Bumi berotasi
Seri 6 : Rasi Bintang membuktikan bumi berputar dan berkeliling
Seri 5 : Gravitasi membuktikan bumi bulat
Seri 4 : Besi tenggelam dan Gabus terapung
Seri 3 : Gaya gravitasi sementara dirumahkan
Seri 2 : Bola Golf jadi Penantang
Seri 1 : Satelit yang diingkari