Jumat, 17 Agustus 2018

SERI BUMI DATAR? BAGIAN 40 - BANTAHAN CERDAS PENGANUT FE 1




Ada sebuah video di youtube yang menjelaskan beberapa kelemahan dalam model bumi datar.  Salah satunya adalah  "Matahari Seharusnya Terlihat di Malam Hari".

Banyak yang memberikan komentar baik yang mendukung maupun yang membantah.  Salah satunya adalah bantahan seperti di bawah ini.

“Pada perhitungan anda, anda tidak memperhitungkan adanya efek difraksi cahaya oleh kabut (awan), kekuatan pancaran radiasi sinar ultraviolet, dan refraksi gelombang cahaya oleh uap air. anda hanya menggunakan rumus-rumus tingkat SMA dan mengabaikan semua asumsi yang muncul. dan itu merupakan suatu kesalahan terbesar anda karena memperhitungkan benda yang nyata pada perhitungan teoritis tanpa adanya variabel tambahan. “

Jika kita membaca sekilas bantahan tersebut sepertinya  terlihat ilmiah dan cerdas, banyak menggunakan jargon-jargon fisika.  Untuk hal ini saya tidak berkomentar, namun saya menemukan komentar dari seorang ahli Fisika dan astronomi di blognya silakan lihat di sini (sangat menarik komentarnya)

Bantahan seperti itu juga sangat bagus jika kita ajukan untuk membantah gerakan nasional mengukur tinggi matahari.  Yang membantah dan yang dibantah sama-sama penggemar bumi datar. 

(Cat. gerakan itu adalah gerakan mengukur tinggi matahari dengan rumus-rumus tingkat SMA tanpa melibatkan refraksi, difraksi dan istilah ilmiah lainnya. Dari analisa data pengukurannya gerakan itu sejatinya malah menunjukkan bumi yang bulat)

Sahabat, benarkah difraksi, refraksi dan kekuatan radiasi sinar ultraviolet dapat membuat matahari menghilang di malam hari pada model bumi datar?

Mari kita ulas satu persatu…

Refraksi

Refraksi atau pembiasan cahaya adalah peristiwa pembelokan arah cahaya akibat melewati kerapatan medium yang berbeda.  Pada seri ke-16 tentang“refraksi” sudah saya jelaskan.  Silakan dilihat untuk menyegarkan kembali .  

Ini salah satu contoh peristiwa refraksi saat cahaya dari udara yang kerapatannya lebih rendah menuju air yang kerapatannya lebih tinggi.  Cahaya dibelokkan mendekati garis normal atau lebih menukik.



Di permukaan bumi, refraksi cahaya matahari terjadi akibat cahaya melewati kerapatan udara yang berbeda. Sebagaimana kita tahu bahwa semakin tinggi suatu tempat dari permukaan laut kerapatan udara semakin berkurang.  Dan berdasarkan hukum pembiasan cahaya, arah refraksi cahaya matahari di udara adalah ke bawah.  Artinya posisi sebenarnya matahari adalah lebih rendah dari yang kita lihat.  Misalnya saat kita melihat matahari separuh terlihat di horizon sebenarnya saat itu posisi matahari sudah di bawah horizon.

Hisab waktu shalat juga memperhitungkan nilai refraksi. Silakan lihat di seri ke-20 waktu shalat 212.  Nilai refraksi cahaya matahari maksimum adalah sekitar 0.6° dan ini terjadi saat menjelang maghrib.  Jadi saat menjelang maghrib matahari yang kita lihat sebenarnya posisinya lebih rendah 0.6°.

Apakah refraksi menyebabkan matahari tidak terlihat di malam hari?  

Berdasarkan rumus-rumus tingkat SMA ketinggian matahari di bumi datar saat tengah malam (jam 12 malam) adalah 14°.  Silakan dilihat di seri ke-9 ketinggian matahari pada bumi datar.  Jadi jika penganut bumi datar ingin menenggelamkan matahari yang setinggi itu maka kerapatan udara harus dibalik, semakin ke atas semakin rapat dan itupun dengan perbedaan kerapatan yang sangat ekstrim agar pembelokannya lebih dari 14°. 

Jadi jelasnya refraksi tidak akan menyebabkan matahari tidak terlihat di malam hari. Bahkan sebaliknya refraksi justru menyebabkan matahari yang seharusnya tidak terlihat masih bisa terlihat saat menjelang maghrib.

Difraksi

Difraksi adalah peristiwa pelenturan muka gelombang akibat melewati celah sempit.  Karena cahaya juga termasuk gelombang maka cahaya pun akan mengalami peristiwa difraksi akibat melewati celah sempit.

Difraksi cahaya menyebabkan pola terang gelap yang dapat diamati.  Pola terang gelap terjadi karena saat bertemu kembali (superposisi), berkas cahaya sudah berubah fase akibat perbedaan jarak tempuh.  Pola terang maksimum terjadi saat fasenya sama (beda fase 0°) dan gelap maksimum saat terjadi perbedaan fasenya sebesar 180°.  

Seperti ini pola terang gelap yang dapat diamati pada peristiwa difraksi cahaya.



Apakah cahaya matahari yang sampai ke bumi mengalami difraksi di udara atau di awan?

Kemungkinan memang ada peristiwa difraksi cahaya matahari di udara atau di awan jika secara kebetulan awan membentuk suatu celah sempit dan ada berkas cahaya matahari yang melewatinya.  Mungkin levelnya tidak sampai menyebabkan pola terang gelap yang dapat diamati di bumi.  

Apakah difraksi dapat menyebabkan matahari tidak terlihat di malam hari? 

Kalaupun difraksi menyebabkan pola terang gelap yang dapat diamati di bumi maka matahari hanya akan tidak terlihat untuk daerah yang mengalami pola gelap dan akan bersinar cerah di daerah yang mengalami pola terang.  Misalnya suatu malam, di Jakarta matahari tidak terlihat, namun di Bekasi bisa dilihat, di Karawang hilang lagi dan di Cikampek matahari ada lagi.  Wah seru kalau begini!!!  

Seandainya ada difraksi cahaya matahari karena awan, itupun kejadiannya tidak akan setiap hari atau setiap malam.  Sama seperti kejadian mendung yang mengakibatkan cahaya matahari tertutup awan yang kejadiannya tidak setiap hari.  Faktanya tidak pernah ada manusia satupun yang pernah melihat matahari di malam hari kecuali di  kutub utara dan selatan saat midnight sun.

Dengan demikian difraksi bukanlah menyebab matahari tidak terlihat di malam hari.

Kekuatan pancaran radiasi ultraviolet

Cahaya matahari bukan hanya sinar ultraviolet, tetapi ada spektrum lain yaitu cahaya tampak, infra merah dll.  Cahaya matahari yang dapat kita lihat itu bukanlah ultraviolet, karena mata kita sulit melihat ultraviolet.  Yang bisa kita lihat adalah cahaya tampak yang spektrumnya membentang dari merah sampai ungu  Jika matahari hanya sinar ultraviolet saja maka bumi akan gelap hanya remang-remang ungu dan tentunya kehidupan kita serba remang-remang ungu.  Mengerikan sekali kalau begitu.

Kalau begitu istilah ultraviolet saya ganti saja dengan cahaya matahari.  Memang betul sumber cahaya yang semakin menjauh akan mengalami penurunan daya atau intensitas.  Besarnya daya yang dipancarkan cahaya berbanding terbalik dengan kuadrat  jaraknya.  Misalnya suatu sumber cahaya yang dijauhkan dari objek sebesar dua kali dari jarak semula akan membuat daya pancar ke objek menjadi seperempatnya.  Jika kita menjauhkan 3 kali jarak semula akan membuat daya pancarnya menjadi sepersembilan  dst.

Berdasarkan rumus-rumus tingkat SMA jarak matahari di bumi datar saat tengah malam (jam 12 malam) adalah 20600 km atau sekitar 4 kali dari saat jam 12 siang.  Silakan dilihat di seri ke-9 ketinggian matahari pada bumi datar.  Jadi pada model bumi datar, saat tengah malam daya pancar cahaya matahari adalah seperenambelasnya saat siang hari.  Apakah ini dapat membuat matahari tidak terlihat?

Mari kita bereksperimen.

Di tempat yang gelap gulita, nyalakan bohlam (lampu pijar) 5 watt saja (amat redup bila dibandingkan dengan lampu LED 5 watt).  Letakkan bohlam di atas kepala setinggi 5 meter.  Lalu menjauhlah sejauh 20 meter, silakan lihat apakah bohlam sudah menghilang?
Sekarang lihatlah matahari saat siang hari, lalu pikirkan seandainya terangnya dikurangi enambelas kalinya apakah matahari menjadi tidak terlihat dan bumi menjadi gelap?

Tentu saja matahari tidak akan hilang dan bumi pun tidak akan gelap, masih cukup terang untuk kita bisa membaca. 

Mari kita buktikan.  Kekuatan cahaya mempengaruhi iluminasi.  Iluminasi cahaya matahari saat siang hari yang cerah di luar ruangan adalah sekitar 100.000 lux (1lux = 1 lumen/m2).  Sedangkan iluminasi standar di ruang kerja adalah sekitar 500 lux, koridor 100 lux dan ruang operasi di RS sekitar 2000 lux. Jika iluminasi cahaya matahari berkurang 16 kalinya maka akan menjadi 6250 lux, masih lebih terang dari pada ruang operasi apalagi ruang kerja.

Mungkin ada yang membantah, bahwa ketinggian matahari yang dibahas adalah 14°, sementara yang dibandingkan adalah saat siang hari atau 90°.  Itu artinya posisi matahari sudah miring dan lebih banyak energi yang terserap atmosfir.

Memang betul seperti itu. Matahari dengan ketinggian 14° terjadi sekitar jam 5 sore.   Pada jam 5 sore dan kondisi cerah silakan dirasakan kekuatan penerangannya, bandingkan dengan ruang kerja.  Lalu pikirkan seandainya iluminasinya berkurang 16 kalinya apakah akan menyebabkan gelap gulita?  Sebagai gambaran iluminasi cahaya bulan adalah sekitar 0.2 lux, kecil sekali bukan, namun bulan masih bisa terlihat dan sedikit memberi penerangan di bumi.

Dengan demikian jelas bahwa berkurangnya daya pancar radiasi ultraviolet  ehh maaf salah, daya pancar cahaya matahari yang “menjauh” tidak akan sampai menghilangkan kenampakannya dan menyebabkan gelapnya bumi.

Persfektif

Tentang persfektif walaupun tidak ada dalam bantahan di atas tetapi sering digunakan oleh penganut FE untuk menyatakan bahwa matahari tenggelam karena persfektif.  Jadi saya bahas juga di sini.  Silakan lihat seri ke-14 tentang Persfektif. Dalam artikel tersebut dibahas ukuran kenampakan matahari saat pagi siang, sore dan malam pada model bumi datar.

Sesuai dengan hukum persfektif benda yang menjauh akan terlihat semakin mengecil dan akhirnya masuk ke titik hilang pengamatan.  Persfektif meyebabkan ukuran benda akan mengecil secara beraturan jika jaraknya menjauh beraturan.  Perhatikan rel yang menjauh, jarak antar sisi relnya akan mendekat secara beraturan.

Saat kita melihat  matahari dari pagi sampai jam 12 siang dan lanjut menjelang terbenam, ukurannya relatif sama bukan?. Tidak mungkin  ukuran matahari mengecil tiba-tiba hanya saat menjelang matahari terbenam.  Kecuali matahari diam saja dari pagi sampai sore, lalu tiba-tiba melesat menjauh dengan kecepatan tinggi.  

Sebenarnya bagi penganut FE tidak sulit untuk membuktikan bulatnya bumi. Cukup datang ke pantai dan amatilah matahari yang sedang terbit atau terbenam.  Dari pada sekedar melihat video dari youtube mending buktikan saja sendiri. Kalau perlu bawa kamera untuk merekam dan memotret dengan mengatur nilai exposure, bila perlu pakai solar filter untuk menurunkan instensitas cahaya matahari agar bulatan matahari terlihat jelas.  Lakukan beberapa menit mulai dari matahari masih nampak sampai tidak terlihat.  Niatkan dengan ikhlas untuk mencari mana yang benar.  Lalu tanyakan pada hati kecil,  Tenggelam apa mengecil?   Ayo buktikan jargon open mindednya!!!

Model yang keliru

Dalam model bumi datar seperti yang sekarang ini, diakui atau tidak oleh para penggemarnya banyak sekali penomena alam yang bertentangan atau tidak bisa dijelaskan.  Kecuali dengan penjelasan aneh yang semakin menunjukkan ketidakfahaman mereka pada sains.

Matahari seharusnya terlihat di malam hari pada bumi datar.  Ini adalah pemahaman yang amat sangat mudah difahami. Itulah mengapa sejak 2300 tahun yang lalu manusia sudah mengerti bentuk bumi yang bulat.  Dan kalau ada sekelompok orang yang menyatakan bahwa pemahaman bumi bulat adalah propaganda elit global, itulah yang disebut teori konspirasi.  Teori aneh yang menyalahi sejarah.  Bahkan bagi umat Islam itu adalah suatu penghinaan terhadap seluruh ilmuwan muslim jaman keemasan yang sudah menyatakan bumi berbentuk bulat. 

Penutup

Sahabat, sengaja artikel ini saya poskan  tepat di hari ulang tahun kemerdekaan bangsa Indonesia yang ke-73.  Selama tiga setengah abad lebih bangsa kita menjadi jajahan asing.  Salah satu penyebabnya adalah akibat kebodohan kita.  Memang saat itu sengaja kita dibuat bodoh oleh penjajah dengan sulitnya akses pendidikan bagi bangsa kita.

Mestinya saat ini di jaman kemerdekaan kita lebih leluasa untuk belajar, mencari ilmu, menambah wawasan agar kita dapat menguasai teknologi dan tidak lagi mudah dibohongi. Namun sayangnya ada pemahaman yang lahir di barat dan diimpor ke sini hendak menjauhkan kita dari ilmu pengetahuan.

Itulah pemahaman bumi datar yang melakukan propaganda pemahamannya dengan cara yang tidak terpuji seperti kebohongan dan juga fitnah kepada ilmuwan misalnya Nicola Tesla, Newton, Ensteins, Al-biruni dsb. Seandainya saja mereka mengajukannnya secara elegan, mungkin dapat menambah khazanah kekayaan dalam sains.  

Dalih mereka mau melawan elit global, namun alih-alih mau mengalahkan elit global mereka justru memusuhi sains dan menuduh sains adalah kebohongan.  Ini justru akan menjerumuskan pada kebodohan.  Bohong atau tidak,  sains itu perlu dipelajari, bagaimana bisa tahu sains berisi kebohongan jika hal-hal sepele dalam sains saja tidak faham.  Bisa dibuktikan dari perbagai propaganda dan bantahan pengikut mereka bahwa pemahaman mereka terhadap sains benar-benar babak belur.  Contohnya seperti di artikel ini.

Metode saintifik tidak memungkinkan adanya kebohongan.  Setiap teori, rumus dan hukum dalam sains harus bisa diuji oleh siapa pun, di mana pun dan kapan pun.  Misalnya hukum gravitasi, siapapun misalnya semua penganut FE bisa membuktikannya, kapan pun dan di mana pun. 

Saya yakin di Indonesia sudah ada perguruaan tinggi yang memiliki peralatan praktikum gravitasi untuk membuktikan dua benda saling tarik menarik karena massanya. Daripada membantah dengan pernyataan konyol seperti kalau gravitasi ada kenapa kita bisa bergerak bebas di atas bumi, kenapa balon helium bisa terbang, ajaib batu bisa menarik daging! Dsb. Lebih baik belajar yang benar, pelajari bagaimana cara membuktikan gravitasi.  Kalau tidak bisa membuat alatnya ya cukup baca jurnal ilmiah yang berisi percobaan tersebut.

Jadi di hari ulang tahun kemerdekaan ini, marilah kita lebih bersemangat lagi untuk belajar.  Bulat atau datar harus difahami dengan cara belajar.  Belajar tidak bisa instant tapi perlu waktu dan proses.  Belajar harus dari sumber yang kredibel, layak dan dapat dipercaya.  Belajar tidak serta merta jadi mengerti dan faham hanya dengan menonton video dari youtube.  Mari kita belajar lagi.

Merdeka!!!

2 komentar:

Unknown mengatakan...

maaf izin menanggapi tanggapan anda... masalahnya teori yang anda cantumkan dalam blog anda itu adalah suatu perhitungan dalam kondisi yang serba ideal... dalam suatu sistem nyata atau disebut dinamis... semua faktor harus dimasukan kedalam perhitungan.. karena galat sedikit saja apabila tinjauannya untuk wilayah yang sangat luas atau bahkan pemakaian energi skala sangat besar... maka galat yang terbentuk memang akan sangat - sangat jauh...

untuk akademisi seperti saya... untuk memperhitungkan hal tersebut secara nyata bisa dibilang sangat - sangat sulit... jika anda ingin mengetahui pemahaman mengenai cara perhitungan dalam kondisi nyata dan dinamis dalam tinjauan laju alir massa dan kalor... silahkan anda belajar mata kuliah teknik kimia tentang proses perpindahan massa, panas, alir dan beberapa konsep dasar termodinamika proses... mungkin dari situ anda bisa lebih mengerti konsep dasarnya mengenai perhitungan laju dalam kondisi nyata dan dinamis...

ILMU KUCARI mengatakan...

Terima kasih atas bantahannya.

Dalam kondisi ideal, berdasarkan rumus tingkat SMA, ketinggian matahari pada model bumi datar saat jam 12 malam adalah 14 derajat, seharusnya dalam kondisi ini matahari masih dapat terlihat oleh manusia. Mas Rayhan mengajukan 3 kondisi tidak ideal yang menyebabkan matahari menjadi tidak terlihat dan bumi menjadi gelap.

Saya sudah menjelaskan bahwa ketiga kondisi tersebut tidak akan dapat menyebabkan bumi menjadi gelap dan matahari menjadi tidak terlihat. Insya Allah penjelasan saya sudah sesuai dengan ilmu Fisika yang saya pelajari dan fahami. Dan Insya Allah tidak menyalahi sains, silakan dikonfirmasi pada orang yang lebih ahli dan punya kompentensi.

Tidak ada kondisi ideal di dalam dunia ini, seorang akademisi seperti Mas Rayhan pun pasti tahu hal ini. Ketika melakukan pengukuran, percobaan, ataupun melakukan perhitungan, seorang akademisi dituntut tahu dan harus tahu kondisi tidak ideal seperti apa yang berpengaruh, kecil pengaruhnya dan tidak memiliki pengaruh sama sekali terhadap hasil pengukuran atau perhitungan. Dan seorang akademisi beneran tidak akan sembarangan mengatakan kondisi tidak ideal tertentu dapat menyebabkan begini atau begitu karena semua itu ada ilmunya.

Contoh nyatanya adalah para akademisi, praktisi, ilmuwan, astronom tahu bahwa refraksi di udara hanya akan membelokkan cahaya matahari tidak lebih dari 0.57 derajat dengan arah ke bawah, jadi mereka tidak akan melakukan hal konyol dengan mengatakan matahari menghilang karena refraksi.

Seorang akademisi pun harus mampu menginventaris dan mengelola kondisi tidak ideal tersebut agar pengukuran dan perhitungan menjadi valid alias memiliki galat yang sekecil-kecilnya dengan cara melakukan koreksi terhadap galat yang timbul akibat pengaruh kondisi tak ideal tersebut. Contoh nyata adalah hisab waktu shalat, khususnya waktu shalat maghrib, ketinggian matahari harus dikoreksi 0.57 derajat akibat refraksi cahaya matahari oleh udara.

Hisab waktu shalat tidak memperhitungkan kondisi tidak ideal yang diajukan Mas Rayhan, karena para astronom dan Ulama ahli falak tahu bahwa kondisi tidak ideal tersebut pengaruhnya tidak signifikan kecuali saat maghrib. Sebagai informasi, hisab waktu shalat dibuat berdasar bumi bulat, jadi kalau bumi bulat menurut Mas Rayhan salah berarti waktu shalat yang dikeluarkan Depag juga salah. Dan jika Mas Rayhan seorang Muslim maka konsekuensinya harus membuat sendiri hisab waktu shalat berdasar bumi datar. Silakan direnungkan…

Jadi kesimpulan penjelasan saya adalah bahwa memang ada kondisi tidak ideal yang dapat mempengaruhi ketinggian dan keadaan matahari namun pengaruhnya tidak signifikan.

Sekarang beban pembuktian ada pada Mas Rayhan, silakan dibuktikan kekuatan cahaya matahari, refraksi dan difraksi seperti apa yang dapat menyebabkan bumi menjadi gelap dan matahari tidak terlihat pada bumi datar saat malam hari. Monggo….

Oh ya, kebetulan sepertinya Mas Rayhan seorang penganut FE, saya mau tanya; ada video, blog dan web yang mengungkap kebohongan, fitnah, quote mining dan memilintir informasi dalam Video FE101. Menurut Mas Rayhan, benarkah dalam Video FE101 yang tayang beberapa episode di Youtube itu banyak mengandung kebohongan, fitnah, quote mining, dan memelintir informasi?

SERI BUMI DATAR?

Bukti Empiris Revolusi Bumi + Pengantar
Bukti Empiris Rotasi Bumi + Pengantar
Bukti Empiris Gravitasi + Pengantar

Seri 43 : Bantahan Cerdas Penganut FE3

Seri 42 : Bantahan Cerdas Penganut FE 2
Seri 41 : Melihat Satelit ISS sedang mengorbit Bumi
Seri 40 : Bantahan Cerdas Penganut FE

Seri 39 : Arah Kiblat Membuktikan Bumi Bulat

Seri 38 : Equation Of Time

Seri 37 : Mengenal Umbra Penumbra dan Sudut Datang Cahaya

Seri 36 : Fase Bulan Bukan Karena Bayangan Bumi
Seri 35 : Percobaan Paling Keliru FE
Seri 34 : Analogi Gravitasi Yang Keliru
Seri 33 : Belajar Dari Gangguan Satelit
Seri 32 : Mengapa Horizon Terlihat Lurus?
Seri 31 : Cara Menghitung Jarak Horizon
Seri 30 : Mengapa Rotasi Bumi Tidak Kita Rasakan
Seri 29 : Observasi Untuk Memahami Bentuk Bumi
Seri 28 : Permukaan Air Melengkung
Seri 27 : Aliran Sungai Amazon
Seri 26 : Komentar dari Sahabat
Seri 25 : Buat Sahabatku (Kisah Kliwon menanggapi surat FE101 untuk Prof. dari LAPAN)
Seri 24 : Bukti Empiris Gravitasi
Seri 23 : Bukti Empiris Revolusi Bumi
Seri 22 : Bukti Empiris Rotasi Bumi
Seri 21 : Sejarah Singkat Manusia Memahami Alam Semesta

Seri 20 : Waktu Shalat 212
Seri 19 : Kecepatan Terminal
Seri 18 : Pasang Surut Air Laut
Seri 17 : Bisakah kita mengukur suhu sinar bulan?
Seri 16 : Refraksi
Seri 15 : Ayo Kita Belajar Lagi
Seri 14 : Perspektif
Seri 13 : Meluruskan Kekeliruan Pemahaman Gravitasi
Seri 12 : Teknik Merasakan Lengkungan Bumi
Seri 11 : Gaya Archimedes terjadi karena gravitasi
Seri 10 : Azimuthal Equidistant
Seri 9 : Ketinggian Matahari pada bumi datar
Seri 8 : Bintang Kutub membuktikan bumi bulat
Seri 7 : Satelit Membuktikan Bumi berotasi
Seri 6 : Rasi Bintang membuktikan bumi berputar dan berkeliling
Seri 5 : Gravitasi membuktikan bumi bulat
Seri 4 : Besi tenggelam dan Gabus terapung
Seri 3 : Gaya gravitasi sementara dirumahkan
Seri 2 : Bola Golf jadi Penantang
Seri 1 : Satelit yang diingkari