Kamis, 12 Juni 2025

Panjang Bayangan Waktu Dzuhur di Beberapa Kota di Dunia

Kadang ada ungkapan "saat matahari ada di ubun-ubun kita" yang maksudnya adalah saat tengah hari bolong.  Ungkapan itu tidak salah, namun kejadian matahari tepat berada di atas ubun-ubun kita hanya terjadi setahun dua kali. Selain itu setiap tengah hari bolong, matahari akan sedikit demi sedikit menjauhi kita lalu mendekat lagi dalam periode 1 tahun. Penyebabnya adalah karena kemiringan sumbu rotasi bumi saat mengitari matahari.  Kita yang tinggal di belahan bumi selatan misalnya pulau Jawa, akan mendapati matahari berada di posisi paling jauh di utara setiap tanggal 20 atau 21 Juni. Sebaliknya orang yang tinggal di belahan bumi utara misalnya di Mekkah akan mendapati matahari berada paling jauh di selatan setiap tanggal 22 Desember.

Pada saat tengah hari bolong, matahari tidaklah selalu tepat di atas ubun-ubun kita, dan ini akan menimbulkan bayangan dari tubuh kita.  Bayangan paling panjang akan terjadi saat matahari berada di posisi paling jauh.  Bagi kita yang tinggal di pulau Jawa bayangan terpanjang tubuh kita saat tengah hari terjadi setiap tanggal 20 Juni.  Tengah hari yang dimaksud di sini adalah saat matahari sedikit tergelincir ke barat, atau saat awal masuknya shalat dzuhur, atau dalam istilah astonomi matahari berkulminasi.

Kali ini penulis akan menyajikan simulasi perhitungan panjang bayangan saat awal waktu shalat dzuhur atau saat matahari berkulminasi untuk beberapa kota di dunia baik di bagian selatan maupun bagian utara.  Tulisan ini adalah kelanjutan dari tulisan sebelumnya, jika anda belum membacanya silakan di alamat ini.

https://sakudin-fisika.blogspot.com/2025/06/memahami-penetapan-awal-waktu-shalat.html

Langkah-langkah yang penulis lakukan dalam perhitungan panjang bayangan ini adalah

  1. Menentukan kota 
  2. Mencari koordinat geografi (lintang dan bujur) kota tersebut
  3.  Mencari kapan awal waktu shalat dzuhur di kota tersebut pada tanggal 20 Juni untuk belahan bumi selatan dan 22 Desember untuk belahan bumi utara.  Dengan bantuan web berikut ini penulis dapat menemukan awal waktu shalat dzuhur atau saat matahari berkulminasi. https://id.equantu.com/prayer-times
  4. Mencari sudut elevasi matahari saat matahari berkulminasi. Penulis mendapatkan sudut elevasi matahari dengan bantuan web penghitung sudut elevasi matahari di bawah ini. https://www.omnicalculator.com/physics/sun-angle
  5. Menghitung panjang bayangan dengan rumus, panjang bayangan = tinggi benda dibagi tangen sudut elevasi matahari

Misalkan kita menggunakan tinggi benda 100 cm.

1. Mari kita coba untuk kota Mekkah

2. Koordinat geografi kota Mekkah adalah 21°25′21″N 39°49′24″E dibaca 21 derajat 25 menit 21 detik lintang Utara dan 39 derajat 49 menit 24 detik bujur timur.

Kita ambil cukup sampai menit saja lalu kita konversi ke dalam satuan derajat 21°25′ = 21.41 derajat dan 39°49′ = 39.82 derajat

3. Kita masukan kota Mekkah ke dalam web penghitung waktu shalat, kita pilih tanggal 22 Desember 2025. Hasilnya awal waktu dzuhur di kota Mekkah adalah jam 12.19 waktu setempat



4  Lalu kita menuju web penghitung sudut matahari

Masukan paremeter berikut ini

Lintang = 21.41

Bujur = 39.82

Tanggal = 22 Desember 2025

Jam = 12.19 

Zona Waktu = GMT +3 

(Zona waktu bisa dilihat di web penghitung waktu shalat)




Hasil yang kita dapat adalah, sudut elevasi matahari saat itu 45.17 derajat.



5. Selanjutnya kita cari panjang bayangan. Panjang bayangan = 100 cm dibagi tangen (45.17) = 99 cm


Jadi di kota Mekkah pada tanggal 22 Desember, panjang bayangan dari benda setinggi 100 cm saat masuk waktu dzuhur adalah 99 cm, hampir sama dengan tinggi benda. 

Lalu kapan terjadi panjang bayangan sama dengan tinggi benda? Kita coba tambah menitnya misalnya 12.20 dst sampai ketemu sudut kira-kira 45.0 derajat.  Dan ini terjadi saat jam 12.35.  Jelas saat itu bukanlah awal waktu ashar, mustahil waktu dzuhur di Mekkah hanya berlangsung dari 12.19 - 12.35 alias hanya 16 menit saja.

Sekarang mari kita mencoba menghitung berapa panjang bayangan saat waktu ashar tiba.  Waktu ashar di Mekkah jatuh pada pukul 15.23, dengan rumus astronomi kita dapatkan sudut elevasi matahari  26.72 derajat dan panjang bayangan dari benda setinggi 1 meter adalah 199 cm atau sama dengan tinggi benda ditambah panjang bayangan saat matahari berkulminasi.  Sekali lagi kita menemukan bukti bahwa masuknya waktu ashar ditandai dengan panjang bayangan sama dengan tinggi benda ditambah panjang bayangan saat dzuhur.

Untuk membuktikannya bisa kita lakukan pada tanggal 22 Desember.  Bagi orang yang ada di kota Mekkah silakan dibuktikan secara langsung.  Bagi kita yang berada di Indonesia bisa kita lakukan dengan melihat tayangan Mekkah Live yang menampilkan siaran langsung jemaah umroh sedang tawaf.  Tayangan Mekkah live bisa disaksikan di TV internet, TV satelit bahkan di Youtube pun ada.

Saat adzan dzuhur berkumandang di Masjidil Haram tanggal 22 Desember jam 12.19 Waktu Arab Saudi atau 16.19 WIB, cobalah lihat panjang bayangan Ka'bah, perkirakanlah apakah kira-kira sama dengan perhitungan astronomi yang sudah dihitung di atas.  Lalu saat adzan ashar berkumandang di Masjidil Haram yaitu jam 15.23 Waktu Arab Saudi atau 19.23 WIB, lihat dan perkirakan kembali panjang bayangan Ka'bah apakah kira-kira sama dengan perhitungan astronomi.

Sebenarnya tidak perlu menunggu tanggal 22 Desember, itu bisa dilakukan juga di bulan-bulan Oktober, November, Desember, Januari sampai Ferbruari. Atau saat panjang bayangan Ka'bah masih cukup panjang untuk bisa diamati. Puncaknya atau bayangan  Ka'bah  terpanjang saat dzuhur memang terjadi tanggal 22 Desember saat matahari berada di 23.5 derajat lintang selatan.


Berikut ini penulis sajikan hasil perhitungan panjang bayangan untuk beberapa kota di dunia.   Ada dua bagian yaitu 5 kota di belahan bumi utara dan 5 kota di bumi selatan. Untuk yang bagian utara perhitungan dilakukan untuk tanggal 22 Desember karena saat itu matahari berada di paling selatan.  Sedangkan untuk yang bagian selatan untuk tanggal 20 Juni karena saat itu matahari ada di paling utara.  Waktu atau jam yang tertera adalah jam waktu setempat.






Belahan Bumi Utara

Mekkah (Arab Saudi)

Koord. Geografi 21°25′21″N 39°49′24″E atau 21.41 LU 39.82 BT

Zona Waktu +3

Waktu Dzuhur  12.19 

Sudut elevasi matahari 45.17

Panjang bayangan 99 cm (hampir setinggi benda)

Panjang bayangan = tinggi benda terjadi pada jam 12.35

Panjang bayangan ashar (15.23) 198 cm


Turaif (Arab Saudi)

Koord. Geografi 31°40′39″N 038°39′11″E atau 31.67 LU 38.65 BT

Zona Waktu +3

Waktu Dzuhur  12.24 

Sudut elevasi matahari 34.92

Panjang bayangan 143 cm (Melebihi tinggi benda)


Osaka (Jepang)

Geografi 34°41′11″N 135°31′11″E  atau 34.68  LU 135.52 BT

Zona Waktu +9 

Waktu Dzuhur 11.56 

Sudut Elevasi 31.91

Panjang bayangan  160 cm (Melebihi tinggi benda)


Kuala Lumpur (Malaysia)

Geografi  3°8'27.07'N 101°41'35.5452E atau  3.13 LU 101.68 BT

Zona Waktu +8

Waktu Dzuhur 13.12 

Sudut elevasi 63.43

Panjang bayangan 50 cm (Setengah tinggi benda)


Manila (Philipina)

Geografi 14°35′N,120°58′E atau  14.58 LU 120.97 BT

Zona Waktu +8

Waktu Dzuhur 11.55 

Sudut elevasi 52

Panjang bayangan  78 cm (lebih dari setengah tinggi benda)


Belahan Bumi Selatan

Depok (Indonesia)

Koord. Geografi 6°19'00'S 106°43'E -6.32 LS 106.77 BT

Zona Waktu +7

Waktu Dzuhur 11.54 (WIB)

Sudut elevasi 60.25

Panjang bayangan 57 cm (lebih dari setengah tinggi benda)


Sidney (Australia)

Koord. Geografi 33°51′35.9″S 151°12′40″E atau -33.85 LS 151.21 BT

Zona Waktu +10

Waktu Dzuhur 11.57 

Sudut elevasi 32.73

Panjang bayangan 155 cm (Melebihi tinggi benda)


Wellington (New Zealand)

41°18′S 174°47′E atau -41.3LS 174.783 BT

Zona Waktu +12

Waktu Dzuhur 12.22 

Sudut elevasi 19.62

Panjang bayangan 280 cm (Hampir 3 kali tinggi benda)


Buenos Aires (Argentina)

Koord. Geografi 34°36′13″S 58°22′53″W  atau-34.6 LS -58.36 BB

Zona Waktu -3

Waktu dzuhur 12.55

Sudut elevasi 31.96

Panjang bayangan 160 cm (Melebihi tinggi benda)


Cape Town (Afrika Selatan)

Koord. Geografi 12.4833°55′31″S 18°25′26″E  atau -12.8 LS 18.42 BT

Zona Waktu +2

Waktu Dzuhur 12.48

Sudut elevasi 53.45

Panjang bayangan 74 cm  (lebih dari setengah tinggi benda)


Perhatikan di kota Turaif yang merupakan kota di Arab Saudi yang letaknya di utara kota Mekkah, pada tanggal 22 Desember panjang bayangan benda setinggi 100 cm saat waktu dzuhur adalah 143 cm.  Jauh melebihi tinggi bendanya. Jika menggunakan kaidah waktu ashar adalah panjang bayangan sama dengan tinggi benda semata, maka pada tanggal 22 Desember dan beberapa hari sebelum dan sesudahnya, penduduk Turaif tidak akan pernah bisa melaksanakan shalat Dzuhur.


Wallahu a'lam

Semoga Bermanfaat.



Rabu, 11 Juni 2025

PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN METODE GREAT CIRCLE

 

Halo sahabat Fisika…. Belajar memang mengasyikkan ya…
Kita jadi lebih banyak tahu dan mengerti…..

Kali ini saya akan menjelaskan bagaimana cara menentukan arah kiblat bagi umat muslim di seluruh dunia dengan metode lingkaran besar atau great circle.  Sebenarnya sudah banyak buku, web maupun blog yang menjelaskannya.  Namun siapa tahu penjelasan saya dapat sedikit menambah atau menambal kekurangan penjelasan yang sudah ada.  Saya anggap kita semua sudah mengerti tentang bujur dan lintang pada bola bumi.  

Yang dimaksud lingkaran besar dalam suatu bola adalah lingkaran yang membelah bola menjadi dua bagian yang sama besar. Disebut lingkaran besar karena memang itu adalah lingkaran terbesar yang bisa dibuat di dalam bola.  Perhatikan gambar di bawah ini, lingkaran A, B dan C adalah lingkaran besar, sementara lingkaran D adalah lingkaran kecil.


Pada bola bumi, semua garis bujur dalam satu lingkaran penuh merupakan lingkaran besar misalnya lingkaran C pada gambar.  Garis Equator atau lintang 0 (lingkaran A pada gambar) juga merupakan lingkaran besar.  Sementara lingkaran-lingkaran lintang selain equator adalah lingkaran kecil misalnya lingkaran D.

Menentukan arah atau azimuth pada permukaan bola adalah pengetahuan yang amat penting bagi pelayaran dan penerbangan agar tidak tersesat. Tidak kalah pentingnya dengan penentuan arah kiblat, karena salah satu syarat sahnya shalat adalah menghadap kiblat.  

Penentuan arah kiblat pun pada dasarnya adalah menentukan azimuth Kabah dari suatu tempat di permukaan bumi.  Sudah ada kesepakatan ahli-ahli fikih bahwa arah kiblat bagi suatu tempat adalah jarak terdekat dalam sebuah lingkaran besar yang melalui Kabah dan tempat tersebut.
Mari perhatikan gambar di bawah ini.



Keterangan warna garis
Hijau  : Bola bumi dalam pandangan 3 dimensi
Cyan : Equator Bumi
Merah : Garis dari pusat bumi menuju suatu lokasi di permukaan bumi atau sama dengan jari-jari bumi
Putih : Garis bujur yang melalui kota B. 
Magenta : Garis bujur yang melalui kota A
Kuning : Lingkaran besar yang melalui kota A dan B. Jika A adalah letak Kabah, maka dengan mengambil jarak terdekat sepanjang garis, akan menunjukkan arah kiblat bagi kota B.

Keterangan huruf
A : Letak Kabah (λ = 39° 50’ BT, φ = 21° 25’ LU)
B : Letak suatu kota di permukaan bumi
C : Kutub utara bumi (λ = 0°, φ = 90° LU)
Sudut a : Selisih nilai lintang kutub utara dengan lintang kota B
Sudut b : Selisih nilai lintang kutub utara dengan lintang Kabah (90° - 21°25’ = 68° 35’)
Sudut B : Arah kiblat bagi kota B diukur dari arah utara
Sudut C : Selisih nilai bujur kota B dengan bujur Kabah

Ketentuan besarnya sudut C
Jika λ adalah bujur kota B maka nilai sudut C adalah;
Sudut C =  39° 50’ – λ untuk 0° < λ < 39° 50’ BT 
Sudut C = λ - 39° 50’ untuk 39° 50’ BT <  λ < 180° BT 
Sudut C = λ + 39° 50’ untuk  0° < λ < 140°150’ BB 
Sudut C = 320° 10’ – λ untuk 140° 10’ < λ < 180° BB

Arah kiblat bagi kota B adalah besarnya sudut B yaitu sudut yang dibentuk oleh lingkaran besar yang melalui Kabah dan kota B versus lingkaran besar dari garis bujur yang melalui kota B.
Jarang saya temui web atau blog yang menurunkan rumus untuk mencari sudut B, kebanyakan hanya rumus jadinya. Bahkan di buku referensi yang saya gunakan pun tidak disertakan cara menurunkan rumusnya.  Alhamdulillah saya berusaha sendiri menurunkan rumusnya, silakan digunakan bagi sahabat yang membutuhkannya.


Perhatikan gambar di bawah ini.  Segitiga ABC adalah segitiga di permukaan bola yang dibentuk oleh tiga lingkaran besar yaitu lingkaran bujur yang melalui A, lingkaran bujur yang melalui B dan lingkaran besar yang melalui A dan B.



Dalam trigonometri bola berlaku rumus-rumus standar yang sudah baku seperti di bawah ini.
Cos a = cos b cos c + sin a sin b cos A (1)
Cos b = cos a cos c + sin a sin c cos B  (2)
Cos c = cos a cos b + sin a sin b cos C (3)
Sin A : sin a = sin B : sin b = sin C : sin c  (4)

Sekarang mari kita turunkan rumus untuk mencari sudut B
Ambil persamaan 2 pisahkan cos B
Cos B =(cos b - cos a cos c) :  sin a sin c  (5)
Ambil persamaan 4 pisahkan sin c  dan masukkan ke pers. 5
Sin c =  sin C sin b : sin B (6)
Cos B = (cos b - cos a cos c) sin B : sin a sin b sin C (7)
Cos B : sin B = cotg B = (cos b - cos a cos c) : sin a sin b sin C (8)
Ambil persamaan 3 dan masukkan ke pers 8
Cotg B = (cos b – cos a (cos a cos b + sin a sin b cos C)) :  sin a sin b sin C (9)
Cotg B = (cos b - cosa cos b - cos a sin a sin b cos C) :  sin a sin b sin C (10)
Cotg B = (cos b (1- cosa) -  cos a sin a sin b cos C) : sin a sin b sin C (11)
Cotg B = cos b sina : sin a sin b sin C  -  cos a sin a sin b cos C : sin a sin b sin C (12)
Cotg B = cotg b sin a : sin C – cos a cotg C (13) selesai
Jadi rumus untuk mencari sudut B adalah sebagai berikut
Cotg B = sin a cotg b : sin C – cos a cotg C

Sekarang mari kita coba rumus tersebut untuk kota Jakarta
Letak astronomi Jakarta
Bujur λ = 106° 49’ BT
Lintang φ = -6° 10’ LS (lintang selatan negatif)

Menentukan sudut
Sudut a = 90° - (-6° 10’) = 96° 10’
Sudut b = 68° 35’ (fix)
Sudut C = λ - 39° 50’ = 106° 49’ - 39° 50’ = 66° 59’

Dimasukkan ke dalam rumus
Cotg B = ( sin (96° 10’) cotan (68° 35’) : sin (66° 59’)) – (cos (96° 10’) cotan (66° 59’))
Cotg B = (0.994298 * 0.392999 : 0.920136) – (-0.10663 *0.425587)
Cotg B = 0.470056
Sudut B = 64.85675° (dari utara berlawanan jarum jam)
Sudut B = 295.1433° = 295° 8’ (dari utara searah jarum jam)
Jadi kiblat untuk kota Jakarta adalah 295° 8’
atau arah barat serong ke utara sebesar 25 derajat.

Kota lain
Osaka 135° 40’ BT,  34° 54’ LU, arah kiblat 290°42’
Surabaya 112° 55’ BT 7° 21’ LS, arah kiblat 294°
Jogjakarta 110° 21’ BT 7° 48’ LS, arah  kiblat 294°42’
New York 74° BB  40° 55’ LU, arah kiblat 58°31’
Kairo 31°18’ BT  30° 15’ LU, arah kiblat 137° 02’

Metode lingkaran besar dengan rumus di atas sebenarnya masih memiliki sedikit kekurangan karena jari-jari bumi tidaklah seragam.   Bila ingin lebih akurat kita harus menggunakan metode lain yang memasukan parameter jari-jari bumi sesuai kenyataan di lapangan.  Namun karena perbedaan jari-jari bumi tidaklah begitu berarti bila dibandingkan dengan jari-jari bumi itu sendiri maka metode great circle masih bisa digunakan karena ternyata penyimpangannya sangatlah kecil dan masih masuk dalam toleransi.

Ada satu kekeliruan tentang penentuan arah kiblat.  Banyak yang mengira kita bisa langsung menentukan arah kiblat dengan menarik garis lurus dari tempat tinggal kita ke kota mekkah pada peta yang biasa kita gunakan (peta Mercator). Ini tentunya adalah hal yang keliru. 

Peta Mercator tidak bisa dijadikan acuan untuk menentukan arah kiblat, apalagi jika jaraknya cukup jauh dari kota Mekkah seperti kita yang tinggal di Indonesia.  Karena pada dasarnya peta Mercator dibuat dari bola bumi yang diproyeksikan pada bidang datar sehingga garis lurus (yang cukup jauh) pada peta tidaklah menunjukkan arah sebenarnya. Contohnya kota Osaka letaknya lebih di utara dari pada kota Mekkah, tetapi kiblatnya tetap menghadap barat serong utara. Jika kita menggunakan peta Mercator, arahnya akan ke barat serong selatan.  Jadi arah kiblat yang benar harus tetap mengacu pada peta yang ada di bola bumi (globe).

Membandingkan dengan metode melihat bayangan saat matahari tepat di atas Ka'bah
Cara lain untuk menentukan arah kiblat adalah dengan melihat azimuth matahari atau melihat bayangan benda pada saat matahari tepat berada di atas Kabah. Dalam setahun kejadian tersebut ada dua kali yaitu tanggal 28 Mei jam 12:16 waktu setempat dan tanggal 16 Juli jam 12:26 waktu setempat untuk selain tahun kabisat.  Jika tahun kabisat berarti 1 hari lebih awal.

Untuk membuktikan bahwa metode lingkaran besar yang memodelkan bumi berbentuk bulat adalah benar kita bisa membandingkannya dengan metode melihat azimuth matahari saat tepat berada di atas Kabah.

Hasilnya ternyata konsisten untuk semua lokasi di dunia.  Misalnya saat peristiwa matahari ada di atas Kabah, jika dilihat dari Jakarta, matahari berada di azimuth 295 derajat. Makanya arah kiblat di Jakarta yang benar dan resmi adalah 295 derajat. Ini sesuai dengan cara perhitungan dengan metode lingkaran besar. Untuk sahabat-sahabat yang tinggal di kota lain di seluruh dunia silakan membuktikannya.  

Wallahu 'alam

Semoga Bermanfaat

Selasa, 10 Juni 2025

Memahami Penetapan Awal Waktu Shalat Ashar

Saat anda mendengar adzan dzuhur dan bergegas ke masjid untuk melaksanakan shalat, cobalah anda ukur dan perkirakan berapa panjang bayangan tubuh anda.  Lalu saat adzan ashar berkumandang cobalah ukur kembali panjang bayangan anda.

Jika kita melakukan hal tersebut di sekitar bulan Juni, khususnya bagi kita yang tinggal di pulau Jawa, kita akan mendapati panjang bayangan  saat adzan dzuhur berkumandang adalah sekitar separuh dari tinggi badan kita. Contohnya jika tinggi badan kita adalah 170 cm, maka panjang bayangan badan kita adalah sekitar 85 cm. Sementara saat adzan ashar berkumandang,  panjang bayangan  adalah sekitar satu setengah kali tinggi badan kita. Badan kita yang tingginya 170 cm akan memiliki panjang bayangan 170 cm + 85 cm = 255 cm.

Selanjutnya kita mencoba mencari penjelasan dari berbagai sumber tentang penetapan awal waktu shalat ashar melalui mesin pencari google

Yang pertama dari Detik 

Waktu sholat Ashar dimulai tepat ketika waktu Dzuhur sudah habis yaitu semenjak panjang bayangan suatu benda menjadi sama panjangnya dengan panjang benda itu sendiri.

Sumber : 

https://news.detik.com/berita/d-5234714/batas-waktu-sholat-ashar-awal-dan-akhir-serta-dalilnya.


Selanjutnya  dari Rumah Fiqih 

Waktu shalat Ashar dimulai tepat ketika waktu shalat Zhuhur sudah habis, yaitu semenjak panjang bayangan suatu benda menjadi sama panjangnya dengan panjang benda itu sendiri. 

Sumber :

https://www.rumahfiqih.com/konsultasi/1165


dari Kumparan

batas awal masuk waktu sholat Ashar ialah menjelang sore hari, saat bayang-bayang suatu benda sedikit melebihi ketinggiannya.

Sumber : 

https://kumparan.com/berita-hari-ini/batas-waktu-sholat-ashar-awal-dan-akhir-bagi-umat-muslim-1wRZOpRPxYD/3

Sebagian besar penjelasan yang kita dapati dari berbagai kalangan baik kalangan umum maupun agama melalui pencarian google menyatakan bahwa awal waktu ashar adalah ketika panjang bayangan benda sama dengan tinggi benda itu sendiri. 


Dan dari hadist Nabi pun  menyatakan demikian

Jibril mengimami aku di dekat Ka'bah sebanyak dua kali. Beliau shalat Zuhur bersamaku pada saat matahari condong dari tengah langit seukuran tali sandal. Kemudian Ia shalat Ashar bersamaku ketika bayangan setiap benda telah sama dengan panjangnya. Selanjutnya, beliau shalat Maghrib bersamaku saat orang yang berpuasa berbuka. Lalu, beliau shalat Isya bersamaku ketika cahaya senja telah hilang. Dan beliau shalat Subuh bersamaku ketika makanan dan minuman diharamkan bagi orang yang berpuasa. Pada hari berikutnya, beliau shalat Zuhur bersamaku ketika bayangan setiap benda telah sama dengan panjangnya. Kemudian, beliau salat Asar bersamaku ketika bayangan setiap benda dua kali lipat panjangnya. Selanjutnya, beliau shalat Maghrib bersamaku pada waktu orang yang berpuasa berbuka. Lalu, beliau shalat Isya bersamaku setelah sepertiga malam berlalu. Dan beliau shalat Subuh bersamaku ketika waktu telah terang. Kemudian beliau menoleh kepadaku dan berkata: 'Wahai Muhammad, waktu (salat) berada di antara dua waktu ini. Inilah waktumu dan waktu para nabi sebelum engkau. (HR. Ibnu Huzaimah)


Artinya yang kita tangkap secara sepintas dari penjelasan-penjelasan di atas adalah seperti gambar di bawah ini.


Gambar 1 Tinggi benda dan bayangannya



Sekarang coba kita bandingkan dengan observasi sederhana di awal tulisan ini. Ya... ternyata kontradiktif bukan? Bukankah menurut penjelasan di atas panjang bayangan saat awal ashar seharusnya adalah 170 cm? Lah ini malah satu setengah kalinya alias 255 cm. Penulis yang sejak awal menyakini bahwa awal waktu shalat ashar  adalah sesuai dengan perhitungan astronomi pun dibuat terheran-heran setelah mendapati penjelasan dari berbagai sumber di atas. Ada kekeliruan di manakah?

Lalu penulis melanjutkan pencarian di google dan alhamdulillah mendapat pencerahan.

Wikipedia
The period of Asr begins approximately when the sun is halfway down from noon to sunset
artinya : Waktu Ashar dimulai kira-kira saat matahari berada di pertengahan antara tengah hari hingga terbenamnya matahari 

Sumber : 

Berdasarkan penjelasan tersebut yang penulis fahami adalah awal waktu ashar adalah ketika matahari berada di pertengahan antara waktu dzuhur dan maghrib, atau dengan kata lain panjang bayangan yang terbentuk dari posisi matahari waktu dzuhur sampai matahari berada di tengah-tengah antara dzuhur-maghrib tanpa memperdulikan panjang bayangan yang terbentuk pada waktu dzuhur. Dengan demikian panjang bayangan yang sebenarnya harus ditambah panjang bayangan yang terjadi saat tengah hari (Dzuhur) 

Lebih lanjut penulis pun menemukan artikel dari NU online yang menguatkan

Adapun awal waktu salat Ashar masuk yaitu ketika bayangan suatu benda lebih sedikit dari ukurannya benda itu sendiri. Yaitu selain bayangan yang ada saat matahari tepat di tengah (bayangan saat zawal). 

Sumber: 

Kunci dari penjelasan di atas adalah kalimat 
"Yaitu selain bayangan yang ada saat matahari tepat di tengah (bayangan saat zawal).
Maksudnya panjang bayangan sama dengan tinggi benda itu belum termasuk bayangan saat zawal, jadi panjang bayangan sebenarnya harus ditambah panjang bayangan saat zawal.


Penjelasan dari PC NU Sumenep pun semakin memperkuat

Waktu Dzuhur dimulai saat matahari tergelincir (zawal), yaitu sesaat setelah seluruh piringan matahari melewati titik meridian pengamat dan berakhir ketika waktu shalat ashar tiba, waktu Ashar dimulai saat panjang bayangan waktu dzuhur (zawal) ditambah tinggi benda dan berakhir setelah piringan matahari terbenam di ufuk mar i,

sumber :


Dan akhirnya penulis mendapat jurnal ilmiah berjudul WAKTU SHALAT DALAM PERSPEKTIF ASTRONOMI; SEBUAH INTEGRASI ANTARA SAINS DAN AGAMA yang ditulis oleh seorang mahasiswa IAIN Mataram 

Waktu ashar selama matahari belum menguning, dimulai apabila panjang bayang-bayang sebuah benda sama panjangnya. Dalam astronomi awal waktu shalat ashar dinyatakan sebagai keadaan tinggi matahari sama dengan jarak zenith titik pusat matahari pada waktu berkulminasi ditambah bilangan satu. Berdasarkan hadits di atas bahwa awal waktu shalat ashar adalah apabila bayangan suatu benda sama panjang dengan bendanya, maka hal ini secara hisab astronomi dapat dicapai dengan cara: menentukan tinggi matahari pada waktu ashar (h) dan menentukan sudut waktu matahari (t).

Sumber : 

Kunci dari jurnal ilmiah di atas adalah 
"awal waktu shalat ashar dinyatakan sebagai keadaan tinggi matahari sama dengan jarak zenith titik pusat matahari pada waktu berkulminasi ditambah bilangan satu."  

Penjelasan penulis sebagai berikut
Zenith adalah titik khayal di langit yang tepat berada di atas ubun-ubun kita. Saat waktu dzuhur (saat kulminasi), matahari tidaklah selalu tepat berada di zenith kita artinya ada jarak antara zenith kita dengan matahari saat kulminasi.  Jarak zenith ini akan menimbulkan bayangan tubuh kita. Sementara bilangan satu yang dimaksud adalah tangen 45 yang artinya panjang bayangan sama dengan tinggi benda.  Jadi awal waktu ashar menurut jurnal ilmiah itu adalah saat bayangan benda sama dengan panjang bayangan yang terjadi karena jarak zenith dengan matahari saat kulminasi ditambah tinggi benda.  


Mari kita perjelas dengan gambar berikut


Gambar 2 Benda dan Bayangannya 


Keterangan

A = Tinggi benda

B = Panjang bayangan waktu dzuhur (Terjadi karena jarak zenith dengan titik pusat matahari saat kulminasi)

C = Pertambahan panjang bayangan yang sama dengan tinggi benda

B + C adalah panjang bayangan penanda awal waktu ashar

D = Panjang bayangan sama dengan tinggi benda (Bukan awal waktu shalat ashar jika B tidak sama dengan nol)


"Saat adzan dzuhur berkumandang perhatikan bayangan tubuh anda, anggap tinggi badan anda 170 cm. Adzan ashar akan berkumandang ketika bayangan anda bertambah sebesar 170 cm, bukan menjadi 170 cm, silakan dibuktikan."

Sampai di sini mudah-mudahan cukup jelas pemaparan dari penulis.


Untuk membuktikan apa yang penulis sampaikan di sini, penulis telah melakukan observasi sederhana (bukan observasi ilmiah yang mengunakan kaidah-kaidah ilmiah)  pada tanggal 8 Juni 2025 di kota Depok, alhamdulillah saat itu langit sedang cerah jadi bayangan benda bisa diukur.  

Penulis meletakkan sebuah tripod di tempat yang terkena sinar matahari setinggi satu meter (100 cm) dan mengukur bayangannya pada waktu-waktu tertentu serta membandingkannya dengan hasil perhitungan secara astronomi.

1.  Saat adzan dzuhur berkumandang (Jam 11.56 WIB)

Gambar 3 Bayangan saat Adzan Dhuhur

Panjang bayangan pada saat adzan dzuhur berkumandang adalah 53 cm. Dibandingkan dengan menggunakan rumus astronomi, panjang bayangan tripod adalah 55 cm, beda 2 cm.


2. Saat jam 14.04 WIB

Gambar 4 Bayangan jam 14.04 WIB

Panjang bayangan pada pukul 14.04 WIB adalah 91 cm. Perhatikan panjang bayangan sudah hampir sama dengan tinggi tripod. Dengan menggunakan rumus astronomi diperoleh panjang bayangan saat itu adalah 95 cm, beda 4 cm.  

3. Saat jam 14.23 WIB
Gambar 5 Bayangan jam 14.23 WIB

Panjang bayangan pada pukul 14.23 WIB adalah 107 cm. Pada jam tersebut panjang bayangan sudah melebihi tinggi tripod. Rumus astronomi menghasilkan panjang bayangan yang sama yaitu 107 cm. 

4. Saat adzan ashar berkumandang (jam 15.16 WIB)

Gambar 5 Bayangan Ashar jam 15.16 WIB

Panjang bayangan saat adzan ashar berkumandang adalah 159 cm atau sudah satu setengah kali tinggi tripod. Menggunakan rumus astronomi hasil yang didapat adalah 158 cm. Jika dikurangi panjang bayangan saat dzuhur akan menghasilkan 106 cm, atau kira-kira sama dengan tinggi tripod.  .

Penulis menggunakan web di bawah ini untuk menghitung panjang bayangan secara ilmu astronomi.


Dari observasi sederhana di atas bisa kita perkirakan bahwa kondisi 'panjang bayangan benda sama dengan tinggi benda' terjadi sekitar jam 14.12 dan tentunya ini bukan penanda waktu ashar, karena di Depok tidak ada orang yang adzan ashar dan shalat ashar jam 14.12.

Saat adzan ashar berkumandang, panjang bayangan  hampir sama dengan tinggi benda ditambah panjang bayangan saat dzuhur. Dan ini membuktikan bahwa awal waktu shalat ashar adalah ketika bayangan benda sama dengan tinggi benda ditambah panjang bayangan saat dzuhur.


Penulis juga pernah menulis artikel tentang cara menghitung waktu shalat secara astronomi bisa dilihat di alamat berikut ini.


Parameter yang penulis masukan ke dalam rumus untuk menghitung waktu shalat ashar pada artikel tersebut mengikuti panduan dari Kementrian Agama yaitu  panjang bayangan sama dengan tinggi benda ditambah panjang bayangan saat dzuhur. Alhamdulillah hasilnya tidak melenceng.



Kesimpulan.
1. Dari pemaparan yang sudah penulis sampaikan bisa kita tarik kesimpulan bahwa awal masuknya waktu shalat Ashar adalah ketika panjang bayangan sebuah benda sama dengan tinggi benda ditambah panjang bayangan saat awal waktu Dzuhur.

2. Sebenarnya tidak terjadi kontradiksi termasuk pada hadist Nabi, sebab pernyataan 'panjang bayangan sama dengan tinggi benda' itu memang benar namun yang perlu diperhatikan adalah itu di luar panjang bayangan yang terjadi saat adzan dzuhur berkumandang.


Saran.
1. Sebenarnya penjelasan-penjelasan tentang waktu shalat ashar yang sesuai dengan hadist Nabi itu mungkin sudah benar hanya saja perlu dijelaskan yang dimaksud panjang bayangan sama dengan tinggi benda itu diukur dari mana.  Jadi saran penulis kepada pembuat artikel tentang waktu shalat ashar, pembuat artikel harus menambahkan keterangan bahwa yang dimaksud panjang bayangan benda sama dengan tinggi benda itu panjang yang diukur tanpa melibatkan panjang bayangan benda saat dhuhur. Jadi panjang bayangan sebenarnya adalah tinggi benda ditambah panjang bayangan saat dzuhur. Hal ini untuk menghindari kesalahfahaman bagi umat.  Sebab penulis yakin banyak umat yang terlanjur sudah salah faham, apalagi yang awam tentang astronomi.

2. Jangan pernah sekali-kali melaksanakan shalat ashar hanya dengan berpedoman mengukur panjang bayangan langsung tanpa mengetahui berapa panjang bayangan saat dzuhur, apalagi melaksanakan shalat ashar hanya dengan berpedoman panjang bayangan sama dengan tinggi benda, ini berpotensi melakukan shalat di luar waktu yang sudah disepakati para ulama. 

3. Waktu shalat yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan adalah yang sudah ditetapkan Kementrian Agama maka ikutilah waktu tersebut. Banyak juga aplikasi hp yang menghitung waktu shalat misalnya Muslim Pro dsb yang masih bisa digunakan karena selisihnya hanya semenit atau kurang dibandingkan perhitungan Kemenag, karena perhitungannya menggunakan rumus-rumus astronomi. Atau saat ini banyak Masjid atau mushala yang sudah memiliki display waktu shalat yang perhitungannya adalah menggunakan rumus-rumus astronomi yang benar sehingga bisa dijadikan acuan waktu shalat yang benar.

Wallahu 'alam
Semoga bermanfaat






SERI BUMI DATAR?

Bukti Empiris Revolusi Bumi + Pengantar
Bukti Empiris Rotasi Bumi + Pengantar
Bukti Empiris Gravitasi + Pengantar

Seri 43 : Bantahan Cerdas Penganut FE3

Seri 42 : Bantahan Cerdas Penganut FE 2
Seri 41 : Melihat Satelit ISS sedang mengorbit Bumi
Seri 40 : Bantahan Cerdas Penganut FE

Seri 39 : Arah Kiblat Membuktikan Bumi Bulat

Seri 38 : Equation Of Time

Seri 37 : Mengenal Umbra Penumbra dan Sudut Datang Cahaya

Seri 36 : Fase Bulan Bukan Karena Bayangan Bumi
Seri 35 : Percobaan Paling Keliru FE
Seri 34 : Analogi Gravitasi Yang Keliru
Seri 33 : Belajar Dari Gangguan Satelit
Seri 32 : Mengapa Horizon Terlihat Lurus?
Seri 31 : Cara Menghitung Jarak Horizon
Seri 30 : Mengapa Rotasi Bumi Tidak Kita Rasakan
Seri 29 : Observasi Untuk Memahami Bentuk Bumi
Seri 28 : Permukaan Air Melengkung
Seri 27 : Aliran Sungai Amazon
Seri 26 : Komentar dari Sahabat
Seri 25 : Buat Sahabatku (Kisah Kliwon menanggapi surat FE101 untuk Prof. dari LAPAN)
Seri 24 : Bukti Empiris Gravitasi
Seri 23 : Bukti Empiris Revolusi Bumi
Seri 22 : Bukti Empiris Rotasi Bumi
Seri 21 : Sejarah Singkat Manusia Memahami Alam Semesta

Seri 20 : Waktu Shalat 212
Seri 19 : Kecepatan Terminal
Seri 18 : Pasang Surut Air Laut
Seri 17 : Bisakah kita mengukur suhu sinar bulan?
Seri 16 : Refraksi
Seri 15 : Ayo Kita Belajar Lagi
Seri 14 : Perspektif
Seri 13 : Meluruskan Kekeliruan Pemahaman Gravitasi
Seri 12 : Teknik Merasakan Lengkungan Bumi
Seri 11 : Gaya Archimedes terjadi karena gravitasi
Seri 10 : Azimuthal Equidistant
Seri 9 : Ketinggian Matahari pada bumi datar
Seri 8 : Bintang Kutub membuktikan bumi bulat
Seri 7 : Satelit Membuktikan Bumi berotasi
Seri 6 : Rasi Bintang membuktikan bumi berputar dan berkeliling
Seri 5 : Gravitasi membuktikan bumi bulat
Seri 4 : Besi tenggelam dan Gabus terapung
Seri 3 : Gaya gravitasi sementara dirumahkan
Seri 2 : Bola Golf jadi Penantang
Seri 1 : Satelit yang diingkari